Friday, February 3, 2012

Ilmu Nutrisi Ternak (Klasifikasi Bahan Pakan Internasional)

Klasifikasi Bahan Pakan Internasional
Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi kimianya. Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimianya, serta penggunaannya secara internasional bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas:

1.    Hijauan Kering dan Jerami
       Kelas ini mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang dipotongm serta produk lain yang mengandung serat kasar lebih dari 18 % atau dinding sel yang lebih dari 35 %. Hijaun kering (hay)dan jerami padi termasuk dalam kelas ini.Menurut Timan et al (1994) bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua hay (hijauan kering, dry fodder (bagian arial dari tanaman sorgum kering), dry stoffer (bagian arial tanpa biji dari tanaman jagung atau sorgum kering) dan semua bahan makana kering.

1.1.  Jerami Padi
  Jerami padi adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang tertinggal. Jerami padi merupakan sumber makanan ruminansia. Menurut Hartadi (1993) jerami padi menghasilkan bahan kering sebanyak 86 %, abu 18,2%, ekstrak eter 1,5%, serat kasar 30,9%,BETN 32,2%, protein kasar 3,2%.

2.    Pastura
       Pastura merupakan tanaman segar, hijauan segar. Semua hijauan yang dipotong atau tidak dan diberikan dalam keadaan segar. Contoh: rumput, legum dan rambanan. Yang termasuk dalam pastura seperti centrosoma, rumput raja, rumput gajah, enceng gondok.



2.1.  Centrosoma
        Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan atau parrenial. Ciri-ciri dari tanaman ini adalah daun trifoliat, lebih runcing dibanding puero dan calopo, tumbuh membelit, menjalar atau memanjat, berbungan kupu-kupu besar warna ungu muda kemerahan. Kandungan nutrisi tanaman ini pada saat berbunga adalah bahan kering 25%, abu 2,2%, ekstrak eter 0,9%, serat kasar 7,8%, BETN 8,6%, protein kasar 5,5%, protein tercerna 4,1% (Hartadi, 1993).

2.2.  Rumput Raja
        Rumput raja adalah jenis rumput baru yang belum banyak dikenal, yang merupakan hasil persilangan antara pennisetum purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides, rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya. Kandungan nutrisi pada rumput raja terdiri dari protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35% (Hartadi, 1993).

2.3.  Rumput Gajah
        Rumput gajah sangat besar hasilnya, cara menanamnya serupa dengan rumput benggala dengan jarak 60x60 cm. Tingginya juga kira-kira sama dengan rumput benggala, yakni 1,5-3 meter. Tumbuh baik di daerah pegunungan. Derajat kira-kira sama dengan rumput benggala dan rumput Australia. Bahan keringnya mengandung 9,72% protein, 1,04% lemak, 43,56% BETN, 27,54% serat kasar dan 18,13% abu (Hartadi, 1993).
2.4.  Enceng Gondok
        Enceng gondok (Eichchornia crassipes) adalah salah satu tumbuhan air yang sering merusak lingkungan danau dan sungai, dapat menyumbat saluran irigasi, mempercepat hilangnya air, mencemari areal penangkapan ikan. Enceng gondok tumbuh dengan cepat sehingga perlu dilakukan upaya untuk menanganinya agar tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Salah saru alternatifnya dalah dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Kandungan nutrisi enceng gondok adalah ......

3.     Silase
        Silase adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi didalam silo secara anaerob, yang mengandung bahan kering sebesar 30-40%. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan silase adalah hijauan (jagung, rumput, dan lain-lain) yang diperam selama masa tertentu, misalnya 21 hari. Dari hasil praktikum tidak ada satupun bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan buku manapun yang menyebutkan bahwa yang termasuk dalam kelas ini adalah hijauan yang telah mengalami fermentasi. Silase (silage) merupakan produk fermentasi suatu bahan baku oleh mikroorgisme yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan. Kelas ini membatasi produk fermentasi yang berasal dari hijauan, tetapi tidak untuk silase ikan, biji-bijian, akar-akaran dan umbi-umbian.

4.      Sumber Energi
         Bahan makanan dapat dikatakan sebagai sumber energi bila pada bahan makanan itu unsur nutrisi terbesar yang dikandungnya adalah energi dan unsur lainnya kecil atau bersifat melengkapinya saja (Soetisno, 1979).  Bahan makanan sumber energi berasal dari biji- bijian dan limbah prosesing bijian itu, (Anggorodi, 1994). Termasuk kelompok ini adalah bahan – bahan dengan protein kasar dengan kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% . Kelompok serealia/ biji-bijian (jagung, gandum, sorgum), kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan), kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon, dan hasil sampingannya). Yang termasuk bahan pakan sumber energi diantaranya adalah benih padi, sorgum putih, sorgum coklat, tepung daun pepaya, ampas kelapa, biji bunga matahari, dedak, biji jagung, tepung gaplek, millet putih, onggok, tetes, bekatul.

4.1.    Benih Padi
          Benih padi pada bagian terluar diselapui sekam, sekam dibentuk dari jaringan berselulosa dan berserat serta mengandung kadar silika yang tinggi. Komponen utama yang menyusun benih padi antara lain karbohidrat 84,83%, protein 9,78%, lemak 2,20%, serat kasar 1,10%, abu 2,09% (Sadjad, 1987).

4.2.    Sorgum Putih dan Coklat
          Sorgum merupakan salah satu tanaman bahan pakan, termasuk famili Graminae. Biji shorgum ada yang tertutup rapat oleh sekam yang liat, ada pula yang tertutup sebagian, atau tidak tertutup sama sekali. Kandungan nutrisi dalam shorgum adalah 1,95% abu; 2,4% serat kasar; 69,2% BETN; dan 9,6 protein kasar, Hartadi, 1993).

4.3.     Tepung Daun Pepaya
     Berdasarkan hasil praktikum, tepung daun pepaya termasuk dalam sumber energi karena potensi protein kasar yang terkandung adalah 21-27%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang mengungkapkan bahwa sumber energi merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20% dengan konsentrasi serat kasar dibawah 18%. Akan tetapi tepung daun papaya tetap dapat di masukkan dalam kelas sumber energi meskipun kandungan protein kasarnya di atas standar karena dapat diamnfaatkan terutama untuk penyusunan pakan ternak pedaging serta penggunaannya untuk komposisi pakan ternak unggas hanya terbatas sekitar 2-5% terutama untuk menghindari pengaruh buruk. Menurut hasil praktikum maka tepung daun papaya memiliki bentuk serbuk, berwarna hijau, berbau apek, rasa hambar serta zat antinutrisinya berupa mimosin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa daun papaya yang mengandung zat pepsin merupakan enzim yang bisa memperbaiki karkas daging ternak unggas.

4.4.      Onggok
Berdasarkan hasil praktikum, onggok termasuk dalam sumber energi karena Kadar protein dapat dicerna sebesar 0,6% dan martabat patinya 76%. Hal ini sesuai dengan pendapat Soelistiyono (1976) bahwa susunan zat makanannya berupa 18% air; 0,8% PK; 76% BETN; 2,2% SK; 0,2% L; 2,5% abu. Onggok memiliki bentuk butiran, warna cokelat, tidak berbau, rasa hambar, serta memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu yang berwarna putih sehingga kandungan proteinnya rendah yaitu kurang dari 5%. Anonim (2009) menambahkan bahwa onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak terutama ternak unggas.






4.5.       Bekatul
 Berdasarkan hasil praktikum, bekatul termasuk dalam sumber energi karena bekatul mengandung zat anti nutrisi seperti kitin, hemoglutinin dan anti tripsin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahju (1992) bahwa bekatul juga mengandung calcium-fosfor dan Zn-filtrat yang tinggi. Bekatul memiliki bentuk serbuk, berwarna cokelat keputihan, bau khas, rasa hambar dan zat anti nutrisi yang dimiliki adalah oxalat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) bahwa bekatul adalah pakan sumber energi yang merupakan hasil samping pertanian.

4.6.       Tetes


 Berdasarkan hasil praktikum, tetes adalah bahan pakan yang tergolong dalam kelas sumber energi. Tetes berbentuk cair, berwarna hitam, bau seperti kecap, rasa manis dan memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Penggunan dalam penyusunan pakan ternak terbatas sekitar 5% dari komposisi pakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bila terlalu banyak pemakaiannnya akan menyebabkan feses (kotoran) ternak ungaas menjadi basah. Kadar protein indeks rendah, tapi cukup potensial sebagai sumber energi.

4.3.    Biji Bunga Matahari
Biji yang diambil dari bunga matahari yang telah dikeringkan. Biji bunga matahari terdapat kangungan beta sistospostesterol prostagladin E, asam clorogenik, asam khuinat, khitin, dan tiga sampai empat bhenzo pirin. Dalam setiap 100 gr biji bunga matahari terdapat lemak dengan total 100, yang terdiri dari lemak jenuh 9,8, dan lemak tak jenuh 11,7. Selebihnya terdapat asam linoleat sebanyak 72,9 dan sisanya tidak mengandung kolesterol (Hendroko, 2008).

4.4.    Dedak
Dedak merupakan hasil ikutan beras yang telah mengalami proses (Murtidjo, 1991). Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi bercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak. Berdasarkan mutu dedak padi, dapat dibagi dalam tiga kelas yaitu dedak kasar, dedak lunteh (halus) dan bekatul (Anggorodi, 1994).
Kandungan nutrisi dedak adalah PK 12%, lemak 13%, serat kasar 12%, abu 10,1%, 41,9% BETN (Hartadi, 1993). Dedak kasar ini sebenarnya terdiri atas pecahan-pecahan kulit gabah yang masih tercampur dengan sedikit bahan yang berasal dari berasnya sendiridan berwarna kuning cerah.  Dedak kasar yang sungguh-sungguh kering mengandung rata-rata 10,6% air; 4,1% protein; 32,4% BETN; 35,3% serat kasar; 1,6% lemak; 16% abu, kadar protein dapat dicerna 2,8% dan martabat patinya 19% (Soetisno, 1979).

4.5.    Biji Jagung
Kandungan nutrisi jagung kuning adalah karbohidrat (terutama pati 80% dari bahan kering), protein 15% dari bahan kering dan lemak 15,5% dari bahan kering dan air. Jagung kuning merupakan jenis dari sereals, berwarna kuning yang mempunyai kandungan lisin dan protein yang lebih tinggi daripada gandum. Jagung kuning disamping mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum. Jagung mengandung kadar triptofan yang rendah sedangkan yang paling rendah adalah kadar metioninnya dan lisin. Kandungan nutrisi jagung kuning adalah 1,7% abu, 2,2% SK, 68,6% BETN dan 8,9% PK (Hartadi, 1993).


4.6.    Tepung Gaplek
Bentuk serbuk dengan tekstur halus dan berwarna putih, berfungsi sebagai penghasil energi. Gaplek adalah hasil awetan ubi kayu dengan pengeringan yaitu dengan dikupas, dan dipotong-potong kemudian dikeringkan denngan sinar matahari. Gaplek terdiri dari 13 5 air, 2,6% protein, 18,4% BETN, 3,6% serat kasar, 1% lemak, 1,4% abu, 2,1% protein tercerna (Hartadi, 1993).

4.7.    Millet Putih
Millet merupakan tanaman rumput-rumputan dari genus penicum, berupa serealia dan berbiji kecil. Biji tersusun rapat dalam berbagai ukuran berbentuk gada, silindris, atau runcing pada salah satu atau kedua ujungnya. Biji millet paling banyak di jual di pasar burung.  Bentuk biji ini kecil bulat, mengkilat dan bagian ujungnya runcing.  Millet merupakan tanaman sebangsa rumput Panicum miliacum dan Panicum romosom. Warna bijinya coklat kemerah-merahan. Komposisi bahan pakan millet adalah 3,24% abu, 8,11% SK, 61,18% BETN dan 3,99% lemak (Hartadi, 1993).
Selanjutnya ditambahkan Murtidjo (1987),  bagian biji millet merupakan penyedia pakan ternak yang kandungan protein nabati terutama asam amino sistein dapat mencapai kadar 56,8%. 

5.    Sumber Protein
Sumber protein merupakan segal pakan yang mengandung protein kasar 20% yang terdapat pada hewan maupun tanaman. Dari hasil praktikum terdapat beberapa bahan pakan yang masuk dalam kelas ini antara lain adalah kacang tanah, bungkil kelapa, tepung daun turi dan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwayang termasuk dalam kelompok ini adalah bahan pakan yang mengandung protein kasar 20%atau lebih. Misalnya, bahan pakan yang berasal dari hewan (termasuk bahan yang disilase), bungkil-bungkilan dan beberapa bahan lain. Semisal bungkil kelapa, bungkil kelapa adalah limbah dari pembuatan minyak kelapa yang merupakan bahan makanan yang biasa diberikan kepada ternak. Bungkil kelapa ini mempunyai kandungan gizi yang cukup, misalnya adalah protein 17,09% dan kandungan gizi lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Kandungan gizinya antara lain lemak 9,44%, protein 17,09%, karbohidrat 23,77%, abu 5,92%, serat kasar 30,4% dan air 13,35%.

5.1.    Top Mix
Topmix adalah supplemen vitamin, mineral, asam amino dan antibiotik atau pengobatan dari keempatnya. Penggunaan topmix mutlak diperlukan jika kandungan nutrisi tersebut dalam pakan tidak lengkap atau tidak mencukupi. Hal tersebut sesuai denagn pendapat Tillman et al (1991) bahwa topmix mengandung komposisi vitamin asm amino, mineral dan pemicu pertumbuhan.

5.2.    Kulit Kacang Tanah

5.3.    Kulit Ari Tempe
Mengandung vitamin B1 1,5-6,3 mg, besi 9,9 mg, tembaga 2,87 mg, seng 8,05 mg.

5.4.    Tepung Turi
Tepung daun turi digunakan sebagai pakan ayam. Daun turi yang berwarna merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%.  Kandungan lemak pada daun turi sebesar 4,73%, karbohidrat 21,30%, abu 20,45%, serat kasar 14,01% dan air 11,97% (Hartadi, 1993).

5.5.    Biji Kacang Hijau
    Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi.Kandungan yang ada pada kacang hijau antara lain: kandungan energinya 2220 kkal/kg, kandungan protein 21,30%, kandungan serat kasar 4,50%, lemak 0,90%, kandungan Ca 0,10% (Rasyaf, 1992).

5.6.    Biji Kacang Tanah
Biji kacang tanah mempunyai kalori 452, protein 25,30 gr, lemak 42,82 gr,karbohidrat 21,10 gr, fosfor 335 mg, zat besi 1,30 mg, vitamin B1 0,30 mg, Vitamin C 3,00 mg, Air 4,00 mg.

5.7.    Tepung Ikan
Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena mengandung asam-asam amino essensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan sumber dari lisin dan metionin, tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandung energi metabolis yang cukup tinggi dibanding dengan bahan-bahan makanan lainnya yang digunakan  dalam ransum unggas (Wahyu, 1992). Penggunaan dalam komposisi pakan ternak unggas mencapai 15%-20% (Murtidjo, 1991). Susunan zat-zat makanan dapat diperhitungkan sebagai berikut: 12% air; 53,3% protein; 4,3% BETN; 1% serat kasar; 8,4% lemak; 20,9 % abu, kadar protein dapat dicerna 43,2% dan martabat patinya 61% (Soetisno, 1979).
5.8.    Tepung Daun Lamtoro
Tepung daun lamtoro mempunyai imbangan asam-asam cukup baik dan kandungan karoten, vitamin serta mineral terutama kalsium yang cukup tinggi dengan kandungan protein kasar 24 – 30 % dari bahan kering. Hal ini sesuai pendapat Sulistiyono, H. S, (1976) yang menyatakan bahwa kandungan nutrisi daun lamtoro terdiri atas 13% air; 2,6 % protein; 18,4 BETN; 3,6 % serat kasar; 1% lemak; 1,4 % abu, kadar protein yang dapat dicerna 2,1% dan martabat patinya 81%.

6.         Sumber Mineral
Sumber mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak mineral dan fosfor. Dari hasil praktikum terdapat bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, bahan-bahan tersebut antara lain adalah premik, tepung batu, tepung tulang dan ultra mineral. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa yang termasuk bahan pakan sumber mineral antar lain adalah tepung tulang dan bahan-bahan hasil pertambangan. Selain itu juga mengandung kalsiun dan fosfor, dimana sangat dibutuhkan oleh ternak untukpertumbuhan dan pembentukan tulang. Bilaman ternak kekurangan akan kalsium dan fosfor ini, maka ternak pertumbuhan ternak akan terganggu. Hal ini sesuai pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa Kalsium dan fosfor merupakan unsure mikro yang penting karena beberapa alasan yaitu kalsium dibutuhkan ternak untuk perumbuhan dan pembentukan tulang, tubuh ternak tersusun atas 70%-80% Ca dan P, kalsium dan fosfor diperlukan sebagai sumber mineral. Apabila kekurangan Ca dan P maka efek yang terjadi pada ternak adalah pertumbuhan terhambat, produksi telur dan daging menurun serta tulang mudah patah. Bahan pakan yang termasuk dalam sumber mineral antara lain ultra mineral, tepung kapur, pasir, garam dan tepung cangkang kerang.

6.1.    Ultra Mineral
Ultra mineral merupakan sumber mineral untuk pertumbuhan tulang, gigi, dan jaringan otot serta reproduksi pada sapi. Mineral blok juga bemanfaat sebagai bahan enzim, hormon dan substansi lainnya yang diperlukan dalam proses metabolisme.

6.2.    Tepung Kapur
    Tepung kapur biasanya digunakan sebagai sumber Ca dalam pakan unggas. Kandungan Ca sebesar 33-38 %, sedangkan P sebesar 0% (Yaman, 2010).

6.3.    Pasir

6.4.    Garam
    Garam digunakan sebagai sumber Na dan Cl. Penggunaanya dalam pakan maksimal 0,25%. Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses meningkat (Yaman, 2010).

6.5.    Tepung Cangkang Kerang
    Tepung kerang merupakan bahan pakan sumber mineral yaitu kalsium dan fosfor, termasuk dalam kelas eman dalam klasifikasi bahan pakan secara internasional yang mengandung 1,2% BETN, 43,4% protein kasar, dan 86% bahan kering.Tepung kerang terbuat dari kerang yang digiling halus (Hartadi et all, 1991).

7.    Sumber Vitamin
Merupakan bahan pakan yang cukup banyak mengandung vitamin. Dari hasil praktikum, tidak ada satupun bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2009) yang menyatakan bahwa vitamin banyak terdapat pada hijauan. Sumber vitamin yang dimaksudkan disini termasuk ensilasi dan ragi. Pemberian vitamin atau bahan pakan yang mengandung vitamin yang kurang akan menyebabkan ternak mudah terserang penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa apabila kebutuhan vitamin tidak terpenuhi pada ternak, maka akan timbul penyakit defisiensi vitamin. Vitamin ada dua jenis yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang tidak larut dalam air. Bahan pakan yang termasuk bahan pakan adalah vita chicks, jeruk nipis.

7.1.    Vita Chiks
Vita Chiks adalahvitamin dan anti biotik untuk anak ayam. Komposisinyaterdiri dari Baticratin M D 35 gr, Vitamin A 5.106  iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1 sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin B6 1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995).

7.2.    Jeruk Nipis
    Dalam setiap 100 mg jeruk nipis mengandung kalori 37,0 kal, protein 0,80 gr,
Lemak 0,10 gr, karbohidrat 12,30 gr, kalsium 40,00 mg, fosfor 22,00 mg, zat besi 0,60
Mg, Vit B1 0,40 mg, Vit C 27,00 mg, air 86,00 gr, Bdd 76% (Rumana, 2003).
   
8.    Additive
Adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Dari hasil praktikum tidak ditemukan bahan pakan yang masuk dalam kelas ini, sehingga tidak sesuai dengan pendapat Purbowati dan Rianto (2005) yang menyatakan bahwa bahan pakan yang masuk dalam kelas ini meliputi antibiotik, hormon dan obat-obatan. Adapun hubungan antara bahan pakan dengan bahan additive ini adalah bahwasanya bahan additive digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. Hal ini sesuai dengan pendapat Alamsyah (2005) yang menyatakan bahwa beberapa informasi penting untuk bahan tambahan atau additive sehubungan dengan pengolaan pakan ternak adalah bahan additive diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit, bahan additive ini diperlukan agar produksi pakan optimal. Bahan pakan yang termasuk zat aditif adalah jahe, kunyit, cuka dixsi, urea, temulawak.

8.1.    Jahe
Jahe adalah rimpang jahenya yang telah berkembang dalam tanah yang ukurannya semakin  besar seiring pertambahan umur tanaman dan biasanya digunakan sebagai zat adifit (Prasetio, 2003). Rimpang jahe mengandung nutrisi pati sekitar 58%, protein 8%, oleoresin 3-5% dan minyak atsiri 1-3% (Rusmana, 2000).

8.2.    Kunyit
Kunyit adalah tumbuhan suku Zingiberaceae marga curcuma. Banyak digunakan dalam masakan misal sebagai bumbu penyedap, pemberi warna kuning dan dapat membuat makanan lebih awet, dapat juga digunakan sebagai obat.Nilai nutrisi kunyit per 78 gr adalah kalsium 74 gr, fosfor 78 gr, besi 3,3 mg, kalori 63 Cal, protein 2 gr, karbohidrat 9,1 gr, air 84,9 gr.

8.3.    Cuka Dixsi
      Asam cuka atau asam asetat adalah senyawa kimia organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam, dan aroma dalam makanan. Selain dapat berfungsi juga sebagai pengawet bahan makanan. Asam cuka encer merupakan golongan asam lemh yang paling aman bagi tubuh.

8.4.    Urea
Urea adalah suatu senyawa organik yang didalamnya terkandung unsur carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Pupuk urea berbentuk butiran yang mencakup kadar nitrogen minimal 46%, air maksimal 0,5%, biuret maksimal 1%, untuk bentuk gelintiran kadar nitrogen minimal 46%, air maksimal 0,5%, biuret maksimal 2%, berwarna putih, dan bentuk butiran tidak berdebu.

8.5.    Temulawak
Berdasarkan hasil praktikum, temulawak termasuk zat additif, memiliki bentuk bongkahan, berwarna kuning (orange), bau khas temulawak, rasa pahit serta mengandung zat antinutrisi berupa mimosin. Hal tersebut sesuai dengan pendapet Murtidjo (1991) yang menyatakan bahwa temulawak mempunyai warna kekuningan atau kecokelatan.

Laporan Ekonomi Perusahaan Peternakan

BAB I
PENDAHULUAN
    Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang diajalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Pertama, pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankan, karena setiap pemilik menginginkan modal yang telah ditanamkan dalam usahanya segera cepat kembali. Disamping itu, pemilik juga mengharapkan adanya hasil atas modal yang ditanamkan. Kedua, pemilik menginginkan bahwa usaha yang dijalankan nantinya tidak ha nya untuk satu periode kegiatan saja. Ketiga, perusahaan tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat umum. Keempat, usaha yang dijalankan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, baik yang berada dalam lingkungan perusahaan maupun lingkungan luar.
Tujuan dari praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah mengamati dan menjelaskan bentuk perusahaan, macam- macam biaya, penentuan harga pokok produksi, harga pokok penjualan dan Break Even Point ( BEP ) dan dapat mengevaluasi rasio keuangan dari perusahaan yang kita kunjungi. Manfaat dari praktikum ini nadalah kita dapat menganalisis suatu perusaan tersebut mulai dari macam- macam biaya sampai analisis keuangannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.    Teknis usaha peternakan
Secara garis besar, usaha ternak yang diupayakan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam sifat atau jenis ternak menjadi usaha ternak ruminansia dan non-ruminansia. Hasil akhir dari ternak ruminansia berupa daging dan susu serta produknya, dan hasil akhir dari ternak non ruminansia berupa telur dan daging (Yusdja, 1986). Dampak yang berlangsung dalam kegiatan usaha ternak harga produk dari kegiatan hasil ternak cenderung lebih tinggi, nilai tukar hasil ternak yang berakibat pada kemampuan daya beli masyarakat yang lebih tinggi (Widodo, 1993).

2.2.     Analisis laporan keuangan
Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya kedepan. Setelah laporan keuangan disusun bedasarkan data yang relevan, serta dilakukan prosedur akuntasi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (hutang), serta modal (equitas) (Kasmir,2009).

2.2.1.    Biaya
    Harga dari jasa tertentu yang telah diserahkan kepada perusahaan dan bahan baku yang telah diapakai atau dipergunakan dalam proses produksi dari suatu perusahaan segerak digolongkan sebagai biaya-biaya yang dibebankan kepada penghasilan. Biaya dari kekayaan dan bahan baku yang tidak dipergunakan dapat digolongkan sebagai aktiva (Myer, 1993).Perilaku biaya berhubungan dengan biaya produksi yaitu dalam jangka pendek juga ada faktor produksi tetap yang dapat menimbulkan biaya tetap dalam jangka panjang dan ada juga  faktor produksi yang bersifat variabel yaitu  yang menimbulkan biaya variabel (Rahardja dan Manurung, 2008).

2.2.1.1. Biaya tetap, biaya tetap adalah biaya yang langsung dipengaruhi faktor-faktor produksi (kontinyu) (Kasmir, 2009). Biaya tetap juga dapat diartikan sebagai biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi dan selama jangka pendek (Rahadja dan Manurung, 2008). Contoh biaya tetap adalah biaya umum dan administrasi, biaya penjualan, dan biaya lainnya (Myer, 1993).

2.2.1.2. Biaya variabel, biaya tidak tetap adalah biaya yang langsung dipengaruhi oleh faktor produksi (Kasmir, 2009). Biaya variabel dapat diartikan sebagai biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi yang biasanya terjadi pada jangka panjang (Rahardja dan Manurung, 2008) .Contoh biaya tidak tetap adalah bunga bank dan bunga obligasi (Myer, 1993).

2.2.2.    Penerimaan
Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali harga jual (P) karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal (Rahadja dan Manurung, 2008). Kurva penerimaan total berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan positif, bergerak mulai dari titik (0,0) (Billas, 1985).

2.2.3.    Pendapatan
Pendapatan merupakan segala sesuatu yang kita peroleh dalam melakukan transaksi penjualan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit dengan kata lain pembayaran yang secara kredit akan menjadi pendapatan yang merupakan hak perusahaan (Kasmir, 2009). Penghasilan-pengahsilan dari suatu periode tertentu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dihitung untuk memperoleh penghasilan, dan selisihnya adalah pendapatan bersih untuk periode itu. Pendapatan atau penghasilan dinilai dengan harga-harga penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang telah dilakukan, ditambah bentuk-bentuk penghasilan tertentu (Myer, 1993).

2.2.4.    Neraca keuangan

    Neraca adalah ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukan akitiva dengan total kewajiban ditambah equitas pemilik        (Kasmir, 2009). Neraca berfungsi untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis) harta, hutang, dan modal perusahaan yang disusun pada akhir tahun (Myer, 1993).

2.2.5. Laporan Laba Rugi

    Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi juga melaporkan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya (nilai uangnya) dalam periode yang sama (Myer, 1993). Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan perusahaan dalam kondisi laba (untung). Namun, jika sebaliknya, yaitu jumlah pendapatan leih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dalam kondisi rugi (Kasmir, 2009).

2.2.6. Analisis Ratio Keuangan
    Ratio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya (Myer, 1993). Hasil ratio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Misalnya antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau antara total aktiva dengan total uang (Kasmir, 2009).
2.2.6.1. Ratio Likuiditas, Ratio likuiditas merupakan ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi ratio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam perusahaan (likuiditas perusahaan) (Kasmir, 2009). Ratio likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban jangka pendeknya) yang jatuh tempo, atau ratio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mebiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek) (Myer, 1993).

2.2.6.2. Ratio Solvabilitas, Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannnya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh asset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang terjadi kecuali perusahaan mengalami pailit. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan (Myer, 1993). Aspek pertimbangan rentabilitas dalam manajemen modal kerja merupakan hal yang paling penting, karena bagaimanapun tujuan setiap kegiatan perusahaan adalah untuk memperoleh laba, dan salah satu cara untuk memperbesar memperoleh laba adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dana perusahaan melalui manajemen modal kerja. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sedangkan rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dapat dinyatakan dalam persentase (Kasmir, 2009).

 2.2.6.3. Ratio Rentabilitas, Rasio Rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
Gross profit margin = (Operating Income-Operating expense)/(Operating xpense)
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba operasi dari operasi usahanya yang murni. Gross Profit Margin semakin tinggi maka semakin baik hasilnya ( Kasmir, 2009).

2.2.7. Return on Investment (ROI)
    Tolak ukur kinerja digunakan untuk mengevaluasi efisiensi sebuah investasi atau untuk membandingkan efisiensi dari sejumlah investasi yang berbeda.. Untuk menghitung ROI, keuntungan (return) dari suatu investasi dibagi dengan biaya investasi, hasilnya dinyatakan dalam persentase atau suatu rasio.
 Laba atas investasi formula:
ROI = (( Gain from Investment-Cost of Investment))/(Cost of Investment)
    Laba atas investasi yang sangat populer metrik karena fleksibilitas dan kesederhanaan.. Artinya, jika investasi tidak memiliki ROI positif, atau jika ada kesempatan lain dengan ROI yang lebih tinggi, maka investasi seharusnya tidak dilakukan (Kasmir, 2009).
    Perlu diketahui bahwa perhitungan untuk pengembalian atas investasi dan, karena itu definisi, dapat dimodifikasi untuk disesuaikan dengan situasi-semuanya tergantung pada apa yang Anda termasuk sebagai imbalan dan biaya. Definisi dari istilah itu dalam arti yang luas hanya mencoba untuk mengukur profitabilitas suatu investasi dan, dengan demikian, tidak ada satu "benar" perhitungan. Sebagai contoh, pemasar mungkin membandingkan dua produk yang berbeda dengan membagi pendapatan yang masing-masing produk yang dihasilkan oleh masing-masing biaya pemasaran (Myer, 1993).


2.2.8.     Payback Period

Payback period dalam penganggaran modal mengacu pada periode waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi untuk "membayar" jumlah investasi awal.Periode pengembalian lebih pendek lebih baik daripada periode pengembalian lama. Payback period banyak digunakan karena mudah digunakan meskipun keterbatasannya diakui yaitu istilah ini juga banyak digunakan dalam jenis bidang investasi, sering berkaitan dengan efisiensi energi teknologi, pemeliharaan, upgrade, atau perubahan lainnya. Payback period sebagai alat analisis sering digunakan karenamudah untukmenerapkan dan mudah dipahami bagi kebanyakan orang, terlepas dari pelatihan akademis atau bidang usaha (Kasmir, 2009).Ketika digunakan dengan hati-hati atau untuk membandingkan investasi yang sama, dapat sangat berguna.  Payback period dianggap sebagai metode analisis dengan keterbatasan yang serius dan kualifikasi untuk penggunaannya, karena tidak benar account untuk nilai waktu uang, risiko, pembiayaan atau pertimbangan penting lainnya, seperti biaya kesempatan.
Sementara nilai waktu uang dapat diperbaiki dengan menerapkan berat rata-rata biaya modal diskon, umumnya sepakat bahwa alat ini untuk keputusan investasi tidak boleh digunakan dalam isolasi. Sebuah asumsi yang tersirat dalam penggunaan payback period adalah bahwa kembali ke investasi berlanjut setelah payback period. Payback period tidak menentukan perbandingan apapun yang diperlukan untuk investasi lain atau bahkan untuk tidak melakukan investasi. Tidak ada rumus untuk menghitung payback period, kecuali kasus sederhana dan non-realistis dari pengeluaran kas awal dan lebih konstan arus kas masuk atau arus kas masuk konstan tumbuh. Untuk menghitung  payback period algoritma tersebut diperlukan.Hal ini mudah diterapkan di spreadsheet. Algoritma khas tereduksi menjadi perhitungan arus kas kumulatif dan saat di mana ia berubah menjadi positif dari negatif (Myer,1993)
BAB III
   
METODOLOGI

3.1.    LokasidanWaktuPelaksanaan

    Praktikum ekonomi perusahaan peternakan dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2011 di peternakan Sapi Perah kelurahan Sumurejo Kecamatan Gunung Pati, Semarang.

3.2.    MetodePraktikum

    Metode yang digunakan dalam praktikum ekonomi perusahaan peternakan ini adalah dengan mensurvei peternakan sapi perah tersebut, kemudian kita mewawancari usaha yang bergerak dibidang peternakan sapi perah. Kemudian kita mencatat dan mengambil dokumentasi apa saja yang dibicarakan oleh pemilik tersebut.

3.3. MetodeAnalisis Data

3.3.1. Payback Period
    Pay back periode    = (investasi yang dibutuhkan )/(kas masuk tahunan bersih)   
*Jika peralatan yang baru menggantikan peralatan lama, ini menjadi tahunan  arus kasmasuk bersihin kremental.

3.3.2.     Likuiditas (Current Ratio)
    Currentratio    = (aktiva lancar)/(Hutang lancar)


Bottom of Form
3.3.3.     Solvabilitas
Solvabilitas     = (Total Aktiva)/(TOtal Hutang)

3.3.4.     Rentabilitas

    RentabilitasModal Sendiri    = EBIT/MS  x 100%
    RentabilitasEkonomi        = EBIT/(MS+MA)  x 100%
Dimana    :RE    = rentabilitas ekonomi
Lk    = laba kotor
MA    = modal asing
MS     = modal sendiri

3.3.5.     ROI

    ROI     =EAIT/(modal yang diinvestasikan)x 100% 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.     Teknis usaha peternakan

    Sapi perah merupakan ternak yang dapat diambil profitnya berupa susu. Susu merupakan sumber makanan utama bagi semua hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula menjadi bagian penting dari bahan makanan manusia, berapapun umurnya. Namun, terkadang harga susu yang dijual tidak sesuai dengan harga yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo (1993) yang menyatakan bahwa dampak yang berlangsung dalam kegiatan usaha ternak harga produk dari kegiatan hasil ternak cenderung lebih tinggi, nilai tukar hasil ternak yang berakibat pada kemampuan daya beli masyarakat yang lebih tinggi.

4.2.    Analisis Laporan Keuangan
Hasil ratio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Misalnya antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau antara total aktiva dengan total uang . Dengan mengetahui data-data keuangan perusahaan, dapat terlihat keunggulan dan kelemahan dari perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (hutang), serta modal (equitas).






4.2.1. Biaya

4.2.1.1.Biaya Tetap

Tabel 1. Biaya Tetap
Jenis Biaya Tetap    Jumlah (Rp)
-Biaya Listrik    5.400.000
-Biaya sewa tanah    1.250.000
-Biaya Pegawai Tetap    9.600.000
-Penyusutan    72.422.050
Total    88.672.050

Berdasarkan data diatas, total dari semua biaya tetap sebesar Rp. 88.672.050-, Biaya tetap tidak tergantung pada tingkat produksi, hal ini sesuai dengan pendapat Rahadja dan Manurung (2008) bahwa biaya tetap juga dapat diartikan sebagai biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi dan selama jangka pendek.

4.2.1.2. Biaya Variabel

Tabel 2.BiayaVariabel
Jenis Biaya Tetap    Jumlah (Rp)
Biaya Pakan    72.000.000
Biaya Vaksin    600.000
Total    72.600.000

Biaya pakan, obat dan vaksin termasuk biaya variabel. Perusahaan sapi perah ini tidak mengeluarkan biaya pakan, karena di perternakan sapi perah terletak di desa, sehingga pakan hanya mengambil dari jerami di sawah tetangga, rumput gajah, silase, dedak, ampas tahu, jagung dan ketela. Sedangkan untuk biaya vaksin sebesar Rp.600.000/ th. Besarnya biaya pakan, obat, dan vaksin dikeluarkan oleh perusahaan tergantung pada tingkat produksi. Semakin tinggi tingkat produksi, semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biaya variabel langsung dipengaruhi faktor produksi, hal ini sesuai dengan pendapat kasmir (2009) bahwa biaya tidak tetap adalah biaya yang langsung dipengaruhi oleh faktor produksi.

4.2.2. Penerimaan

    Penerimaan dapat dijadikan sebagai pendapatan suatu perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan di atas dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh dari peternakan sapi perah adalah 500 liter susu per hari, setiap liter harganya Rp. 2.200,-. Jadi penerimaan yang didapat peternakan sapi perah ini sebesar Rp. 396.000.000,-. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahadja dan Manurung (2008) bahwa penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali harga jual (P) karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal.

4.2.3. Pendapatan

    Pendapatan yang diperoleh dari perusahaan sapi di atas berasal dari jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya operasional yaitu Rp.396.000.000 -  Rp. 161.272.050, sehingga diperoleh total pendapatan Rp 234.727.950,-. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) bahwa pendapatan merupakan segala sesuatu yang kita peroleh dalam melakukan transaksi penjualan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit dengan kata lain pembayaran yang secara kredit akan menjadi pendapatan yang merupakan hak perusahaan.

4.2.4. Neraca Keuangan

Aktiva    Pasiva
Aktiva Lancar                                     Hutang Lancar    20.000.000
-Kas            150.000.000                   Hutang Jangka pjg    150.000.000
-Piutang    500.000                             Equitas   
-Persediaan barang    930.000.000    -Modal awal    1.147.150.000
Aktiva Tetap                                      -Laba ditahan    56.594.100
-Peralatan    2.150.000       
-Kandang    215.000.000       
-Akumulasi penyusutan    76.094.100       
Total    1.373.744.100    Total    1.373.744.100

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa total aktiva sama dengan total pasiva. Perusahaan ini memiliki keseimbangan antara aktiva dan pasiva. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) bahwa neraca adalah ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukan aktiva dengan total kewajiban ditambah equitas pemilik.

4.2.5.    Laporan Laba Rugi
-Penerimaan    396.000.000
-Biaya    161.272.050
-Pendapatan    234.727.950

-penyusutan    72.422.050
-EBIT    162.305.900

-Interest    14.000.000
-EBIT    148.305.900

-Pajak    29.661.180

EAIT    Rp. 118.644.720-,


Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut untung, karena pendapatannya lebih besar daripada pengeluaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan perusahaan dalam kondisi laba (untung). Namun jika sebaliknya yaitu jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dalam kondisi rugi.
4.2.6. Analisis Ratio Keuangan   
4.2.6.1. Ratio Likuiditas
    Currentratio    = (aktiva lancar)/(Hutang lancar)
   
                          = 1.080.500.000/20.000.000

                          = 54
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa  Ratio Likuiditas sebesar 54. Berari perusahaan itu sangat likuiditas karena setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 54 aktiva lancar. Perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajinban jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam perusahaan Hal ini sesuai dengan pendapat ( kasmir, 2009) yang menyatakan bahwa fungsi ratio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
   
4.2.6.3. Ratio Rentabilitas
    Ratio Rentabilitas    = EBIT/MS  x 100%
                                  = (162.305.900   )/1.147.150.000  x 100%
                                  = 14,2 %
          Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa  Ratio Rentabilitas sebesar 14,2 %. Berari perusahaan tersebut di dalam menghasilkan keuntungan 14,2 % dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, semakin tinggi maka maka semakin baik hasilnya.Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya, semakin tinggi maka maka semakin baik hasilnya.
4.2.7.    Return On Investment
    ROI     =EAIT/(modal yang diinvestasikan)x 100%

                = (118.644.720 )/( 1.147.150.000) x 100%
                =  10,3 %
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut baik, karena jumlah ROI melebihi dari suku bunga di bank BRI. Jumlah ROI 10,3 %, sedangkan suku bunga di bank 1,2 %.  Selain itu perusahaan tersebut mampu untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Karena ROI juga digunakan untuk mengetahui perlu adanya investasi dalam suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Myer (1993) yang menyatakan bahwa jika investasi tidak memiliki ROI positif, atau jika ada kesempatan lain dengan ROI yang lebih tinggi, maka investasi seharusnya tidak dilakukan.

4.2.8.    Payback Period

    Payback period    = (investasi yang dibutuhkan )/(kas masuk tahunan bersih)

                                =(1.147.150.000 )/150.000.000
                                =  Rp 7,65
Berdasarkan data di atas , dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut bisa dihitung pay back periode nya. Pay back peroide ini digunakan sebagai alat analisis yang mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa pay back periode sebagai alat analisis sering digunakan karena mudah untuk menerapkan dan mudah dipahami bagi kebanyakan orang terlepas dari pelatihan akademis atau bidang usaha.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
    Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali dengan harga jual (P) karenahargatelahditetapkan, penerimaan rata – rata danpenerimaanmarjinal. Neraca adalah ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukkan aktiva dengan total kewajiban ditambah equitas pemilik. Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari biaya- biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Ratio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka –angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Ratio keuangan dapat dibagi menjadi ratio likuiditas, ratio solvabilitas, return on investment, Payback Period dan rentabilitas.

Laporan Biokimia

BAB I
PENDAHULUAN
    Mengonsumsi makanan merupakan salah satu ciri-ciri dari makhluk hidup, dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan nutrisi yang berperan sebagai bahan bakar proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh. Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting karena karbohidrat dapat dipecah menjadi glukosa yang penting dalam reaksi kompleks. Protein merupakan polimer dari asam amino yang juga memiliki banyak fungsi dalam tubuh. Lemak merupakan lipida sederhana yaitu ester dari 3 asam-asam lemak dan trihidroalkohol gliserol. Lemak banyak terkandung dalam minyak dan gajeh.
    Praktikum Biokimia Dasar dengan materi pencernaan karbohidrat, protein, lemak, dan proses glikolisis bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya pencernaan bahan-bahan makanan tersebut dalam tubuh serta memahami tempat dan hal-hal yang mendukung terjadinya reaksi-reaksi tersebut.
Manfaat dari praktikum biokimia pencernaan karbohidrat, protein, lemak dan glikolisis adalah praktikan dapat mengetahui daya amilosis saliva, pencernaan amilum masak oleh ekstrak pankreas, pencernaan amilum masak oleh asam, mengetahui proses hidrolisis oleh pepsin dan mengetahui proses hidrolisis oleh enzim proteolitik oleh pankreas, dimana protein dicerna dan faktor apa saja yang mempengaruhinya, mengetahui tanda-tanda berlangsungnya glikolisis secara anaerob oleh sel ragi, serta mengetahui proses pencernaan lemak oleh enzim pankreas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.     Karbohidrat
Senyawa karbohidrat lebih komplek dari hidrat atau karbon, dapat diketahui dari rumus strukturnya. Berdasarkan strukturnya karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidroksi aldehid dan eter. Polihidroksi adalah dua atau lebih gugusan hidrokal. Kegunaaan karbohidrat adalah sebagai sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia. Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari asam amino dan sebagian dari gliserol.  Sebagian  besar  karbohidrat  dapat  diperoleh  dari  bahan makanan yang dimakan setiap hari (Fessenden, 1995). Karbohidrat merupakan contoh polimer alami, karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terdiri dari unsur C, H, dan O dengan rumus molekul Cn(H2O)n (Rahayu, 2006).

2.1.1.     Klasifikasi karbohidrat
    Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau zat yang jika dihidrolisis menghasilkan salah satu senyawa tersebut. Karbohidrat dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu monosakarida, oligosakarida, polisakarida. Monosakarida merupakan sakarida paling sederhana yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi gula yang lebih sederhana secara hidrolisis. Monosakarida paling sederhana adalah gliseraldehida dan isomernya adalah dihidroksiaseton (Setiabudi dan Sunarya, 2007). Satu makromolekul karbohidrat adalah satu polimer alam yang dibangun oleh monomer monosakarida, karbohidrat disebut juga polisakarida (Mayes, 1999).
Disakarida merupakan bentuk karbohidrat yang dibangun oleh dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda bila dihidrolisis. Disakarida yang banyak ditemukan adalah maltosa, laktosa, sukrosa, dan selobiosa (Stryer, 1996). Oligosakarida menghasilkan dua hingga sepuluh unit monosakarida pada hidrolisis, contohnya maltotriosa, (bukan suatu triosa murni tetapi suatu trisakarida yang terdiri atas tiga residu α-glukosa) (Mayes, 1999).
Oligosakarida adalah karbohidrat yang mengandung dari 3 sampai sekitar 12 monosakarida. Oligosakarida dapat dijumpai dalam komponen karbohidrat glikoprotein, glikolipid, dan diantara produk pencernaan kanji (Marks, 1996). Oligosakarida berupa zat padat berbentuk kristal yang dapat larut dalam air. Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida, trisakarida, dan tetrasakarida (Sumardjo, 2008).
Polisakarida merupakan semua larutan monosakarida dan disakarida bila dicampur aquades tampak jernih (bening). Semua larutan monosakarida dan disakarida, yang merupakan gula pereduksi terhadap fehling terbentuk endapan warna merah. Karbohidrat berubah warna menjadi warna merah bata dan terjadi endapan apabila ditambah dengan pereaksi Benedict. Karbohidrat apabila ditambah dengan Asam Pikrat akan berubah warna merah. Karbohidrat mudah larut dalam air (Harold, 2003). Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida, umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbenuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi (Poedjiadi,1994).

2.1.2.     Fungsi Karbohidrat
Senyawa karbohidrat tersusun oleh polihidroksi aldehid dan keton. Karbohidrat sendiri berperan penting dalam metabolisme yaitu sebagai sumber bahan bakar utama baik sebagai sumber energi (dalam bentuk glukosa) dalam metabolisme (Poedjiadi, 1994). Sakarida dan derivat adalah senyawa biomolekul yang berperan penting dalam sistem kekebalan (immune system) dan pertahanan dalam tubuh (Sudardjo dan Kusharto, 2005).

2.1.3.    Pencernaan karbohidrat
    Pencernaan karbohidrat, sumber energi kimia utama tubuh dimulai di dalam mulut, dimulai dalam rongga mulut. Ludah mengandung amilase ludah (salivary amylase), enzim pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan) (Campbell, 2004). Proses pencernaan karbohidrat selanjutnya berlanjut di lambung dan sebagian besar diselesaikan di usus halus. Proses ini melibatkan enzim sekretorik yang spesifik untuk berbagai makanan dan bekerja untuk menguraikan karbohidrat menjadi gula sederhana (Corwin, 2007).
    Pencernaan polisakarida dan disakarida disempurnakan dalam usus halus oleh amilase pankreas dan laktese, sukrase dan maltase di dalam sel-sel epitel usus (Lubis, 1996). Karbohidrat yang tidak dicerna akan masuk ke dalam usus besar untuk sebagian besar dikeluarkan dari tubuh (Srigondo, 1993).

2.1.4.    Enzim Pencernaan Karbohidrat
Pencernaan pati dan glikogen, dimulai oleh amilase ludah dalam rongga mulut yang akan terus berlanjut dalam usus halus. α-amilase dihasilkan oleh kelenjar saliva, sedangkan α-amilase pankreas menghrolisis ikatan α-1,4 dalam amilum (Smith, 2000). Amilase pankreas menghidrolisis pati, glikogen dan polisakarida yang lebih kecil menjadi disakarida. Enzim maltase menyempurnakan dan menyelesaikan pencernaan maltosa dan memecahnya menjadi dua molekul glukosa, suatu gula sederhana (Campbell, 2004). Enzim akan terdenaturasi oleh asam (Marks, 2000).

2.2.     Protein
    Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Komponen ini penting bagi sel hewan atau manusia (Poedjiadi, 1994). Protein adalah polipeptida yang terbentuk secara alami dengan berat molekul lebih dari 5000 dan mempunyai keanekaragaman sifat-sifat fisik (Philip dan Gregory, 2006).

2.2.1.     Deskripsi Protein
Seluruh protein yang ada di alam dan di dalam mikroorganisme disusun dari 20 jenis asam amino di alam (Murwani, 2010). Protein ialah peptida, sebagai submakromolekul, asam amino sebagai unit molekul dan sebagai komponen unsur kimia protein ialah C, H, O, N, S, P, Fe, Cu, Zn, dan I (Hawab, 2004).

2.2.2.     Fungsi  Protein
    Protein memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol petranspor bahan, struktur dan protektif (Martoharsono, 2006). Enzim ialah protein yang berfungsi sebagai biokatalis pada reaksi-reaksi metabolisme. Protein tranpor ialah protein yang berfungsi sebagai pengangkut atau pembawa molekul atau ion spesifik dan macam-macam gas. Protein cadangan banyak ditemukan pada berbagai biji yang siap tumbuh sampai kecambah. Protein motil adalah protein yang ditemukan di dalam sel yang menyebabkan sel dapat berubah bentuk dan bergerak. Protein struktural adalah beberapa jaringan atau organ dari suatu organisme dapat kaku sehingga dapat menyangga organisme secara keseluruhan. Protein pertahanan tubuh adalah protein antibodi pada vertebrata yang diproduksi oleh limposit. Protein pengatur adalah protein yang mengkoordinasi dan mengatur aktivitas selular secara fisiologi, yaitu hormon (Hawab, 2004).

2.2.3.     Pencernaan Protein
    Pencernaan protein oleh pepsin bekerja dalam suasana asam dengan pH sekitar dua sampai tiga, tetapi tidak aktif pada pH diatas 5 (Sumardjo, 2008). pada suasana basa, enzim-enzim yang dihasilkan pankreas dapat bekerja optimum (Ariwibowo, 2007).

2.2.4.     Enzim Pencernaan Protein
Jika suhu terlalu tinggi,enzim akan mengalami denaturasi. Enzim yg mengalami denaturasi adalah enzim yang mengalami perubahan susunan molekul sehingga enzim tersebut tidak aktif (Abdurahman, 2008). Hidrolisis protein oleh enzim proteolitik dalam pankreas paling baik ada suasana basa (Poedjiadi, 1994).
   
2.3.     Lemak
     Lemak merupakan suatu ester asam lemah dan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Dalam satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester yang disebut monogliserida. Lemak termasuk trigliserida yang mengikat tiga molekul asam lemak (Respati, 1980). Lemak adalah persenyawaan kimiawi yang terdiri atas gliserida, fosdolipid, dan sterol (Susianto dan Widjaja, 2007). Lipida atau lemak mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut nonpolar seperti etanol, eter, kloroform dan benzene. Lipid merupakan unsur makanan penting tidak hanya karena nilai energinya yang tinggi tetapi juga karena vitamin yang larut dalam lemak dan asam lemak esenssial yang dikandung dalam lemak makanan alam (Almatsier, 2003).

2.3.1.     Klasifikasi Lemak
    Berdasarkan ikatannya lemak dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh adalah struktur kimia dari asam ini tidak mempunyai ikatan rangkap. Asam-asam lemak jenuh ini mempunyai R yang harganya CnH2n+1.beberapa contoh yang penting adalah R-COOH yaitu asam bufirat, asam koproat, asam kaprilat, asam kaprat, asam palmilat, asam stearat. Asam tak lemak jenuh adalah asam-asam yang mempunyai sebuah atau lebih ikatan rangkap dua. Beberapa asam lemak tak jenuh yang penting adalah R-COON yaitu asam paimiloleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam oleostarat (Soenarsono, 1986). Lemak memiliki tiga ikatan asam lemak masing-masing berkaitan dengan gliserol mealui ikatan ester, suatu ikatan antara gugus hidroksil dan gugus karboksil (Campbell, 2004).
Lemak padat adalah lemak yang pada temperatur biasa atau kamar dalam bentuk padat. Lemak cair (minyak) adalah lemak yang pada temperatur biasa merupakan zat cair (Keenan, 1994). Berdasarkan sumbernya lemak dibedakan lemak nabati dan hewani. Lemak hewani adalah lemak yang diperoleh dari hewan terutama hewan tingkat tinggi contohnya lemak sapi dan domba (Susianto dan Widjaja, 2007). Sedangkan lemak nabati adalah lemak yang dperoleh dari tumbuhan contoh : minyak kelapa, minyak jagung (Keenan, 1994).
Lemak berdasarkan asam lemak penyusunnya dibagi menjadi tiga, yaitu lemak berasam satu, lemak berasam dua, dan lemak berasam tiga. Lemak berasam satu merupakan lemak yang  pertama asam lemak penyusunnya sama. Lemak berasam dua merupakan lemak yang kedua asam lemak penyusunnya sama, sedangkan lemak    berasam   tiga   merupakan   lemak   yang   ketiga   asam   lemak penyusunnya sama (Keenan, 1994).


2.3.2.     Fungsi  Lemak
Fungsi lemak yaitu dapat melarutkan berbagai vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Sumardjo, 2009). Lipid adalah zat atau senyawa yang bersifat tidak mengantar arus listrik yang baik. Organ tubuh yang berfungsi sebagai pengantar  impuls atau rangsangan selalu dibungkus oleh lipid sebagai isolator, misalnya pada organ saraf hewan tingkat tinggi atau manusia. Lipid juga sebagai peredam atau kedap suhu karena itu lipid juga berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di kutub di bawah kulitnya disimpan lapisan lemak yang tebal agar suhu tubuh ± 37ºC dapat dipertahankan (Hawab, 2004).


2.3.3.     Pencernaan  Lemak
Triasilgliserol adalah lemak utama dalam makanan manusia karena merupakan lemak simpanan utama dalam tumbuhan dan hewan yang menjadi makanan kita. Triasilgliserol memiliki sebuah rangka gliserol tempat tiga asam lemak diesterkan. Rute utama pencernaan triasilgliserol adalah hidrolisis menjadi asam lemak dan 2-monoasilgliserol di dalam rumen usus. Namun, rute pencernaannya sedikit banyak bergantung pada panjang rantai asam lemak tersebut (Moehji, 1986). Lipase dari lidah dan lambung masing-masing dihasilkan oleh sel-sel yang terletak di bagian belakang lidah dan di lambung. Lipase-lipase ini terutama menghidrolisis asam lemak rantai pendek dan sedang (mengandung atom karbon 12 atau kurang) dari triasilgliserol makanan. Enzim-enzim tersebut paling aktif apabila terdapat pada bayi dan anak kecil yang banyak meminum susu sapi, yang mengandung triasilgliserol dengan kandungan asam lemak rantai pendek (Almatsier, 2003).
    Lemak makanan meninggalkan lambung dan masuk ke dalam usus halus, untuk menjalani emulsifikasi (tersuspensi dalam partikel-partikel halus dalam lingkungan air) oleh garam-garam empedu. Garam-garam empedu adalah senyawa amfifatik (mengandung komponen hidrofobik dan hidrofilik), yang di sintesis di hati dan disekrisikan melalui kandung empedu ke dalam lumen usus (Almatsier, 2003). Kontraksi kandung empedu dan sekrisi enzim pancreas di rangsang oleh hormon usus kolesistokinin. Garam empedu berfingsi sebagai deterjen, yang mengikat globules lemak makana sewaktu terjadi pemecahan oleh kerja peristaltik. Lemak yang mengalami emulsifikasi ini di serang oleh enzim penernaan dari pankreas  (Parakkasi, 1983).
Enzim utama yang mencerna triasilgliserol makanan adalah lipase yang di hasilkan oleh pankreas. Lipase pancreas disekresikan bersama dengan protein lain, kolipase. Pankreas juga mensekresikan bikarbonat, yang menetralkan asam yang masuk ke dalam usus bersama dengan makanan setengah tercerna dari lambung. Bikarbonat meningkatkan pH isi rumen usus menjadi sekitar 6 yang optimal bagi kerja semua enzim pencernaan dalan usus (Moehji, 1986). Kolipase mengikat lemak makanan dan lipase tersebut, sehingga enzim ini menjadi lebih aktif. Lipase pancreas menghidrolisis asam lemak dari semua panjang rantai dari posisi 1 dan3 gugus gliserol pada transgliserol dam nenghasilkan asam lemak bebas dan 2-monoasilgliserol, yaitu gliserol dengan sebuah asam lemak yang teresterifikasi di posisi 2. Pankreas juga menghasilkan esterase yang yang memutus asam lemak dari berbagai senyawa (misalnya ester kolesterol) dan fosfolipase yang mencerna fosfolipid menjadi komponen-komponennya  (Moehji, 1986).

2.3.4.     Enzim Pencernaan Lemak
        Lipase merupakan enzim yang dihasilkan pankreas, enzim tersebut digunakan untuk memecah lemak menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hasil dari proses pencernaan lemak adalah gliserol, monogliserida, digliserida, serta sisa trigliserida  (Parakkasi, 1983). Enzim-enzim dalam pencernaan lemak dibantu oleh enzim dari mikroorganisme yang berfungsi mencerna lemak menjadi vitamin B. Sekresi empedu (hati) dalam usus halus, mencerna lemak menjadi emulsi lemak  (Winarno,1986).
Pencernaan senyawa-senyawa triasilgliserol dimulai di dalam usus halus, kedalam organ inilah zimogen prolipase dikeluarkan oleh pankreas, di dalam usus halus tersebut, zimogen kemudian diubah menjadi lipase yang aktif, yang dengan adanya garam-garam empedu dan protein khusus yang disebut kolipase mengikat tetesan-tetesan senyawa triasil gliserol dan mengkatalisis pemindahan hidrolitik satu atau dua residu asam lemak bagian luar sehingga dihasilkan suatu campuran asam-asam lemak bebas (sebagai senyawa sabun dengan Na+ atau K+) dan senyawa 2-monoasilgliserol. Sebagian kecil dari senyawa triasil gliserol masih ada yang tetap tidak dihirolsis. Senyawa sabun asam lemak dan senyawa asil gliserol yang tidak terpecahkan diemulsifikasi menjadi bentuk butir-butir halus oleh peristaltis, yaitu suatu gerakkan mengaduk pada usus, dibantu oleh garam-garam empedu dan monoasil gliserol, yang merupakan molekul-molekul amfipatik dan memberikan efek detergen (Lehninger,1994).
Asam-asam lemak dan senyawa-senyawa monoasilgliserol di dalam butir-butir cairan tersebut diserap oleh sel-sel usus, dimana sebagian besar senyawa-senyawa tersebut dirangkai kembali menjadi triasilgliserol. Senyawa-senyawa triasilgliserol tersebut tidak masuk ke dalam pembuluh darah kapiler, tetapi masuk ke dalam lakteal, yaitu kelenjar pembuluh limpa yang kecil didalam vili. Emulsifikasi dan pencernaan lemak di dalam usus halus dimungkinkan dengan adanya garam-garam empedu. Garam-garam empedu manusia yang terutama adalah natrium-glikokolat dan natrium taurokolat, turunan dari asam kolat, adalah empat jenis asam empedu utama yang terdapat dalam jumlah besar. Garam-garam empedu merupakan bahan pengemulsi kuat yang disekresikan oleh hati ke dalam empedu yang selanjutnya mengeluarkan isinya ke bagian atas usus halus. Setelah asam-asam lemak dan senyawa monoasilgliserol dari butir lemak yang teremulsi diserap di dalam bagian bawah usus halus, garam-garam empedu yang membantu proses ini juga diserap kembali. Garam-garam empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian digunakan lagi berkali-kali, dengan demikian garam-garam empedu secara tetap berdaur di antara hati dan usus kecil. Garam-garam empedu sangat penting di dalam penyerapan tidak hanya bagi zat-zat triasilgliserol tetapi juga bagi semua makanan dan lemak yang dapat larut. Apabila terjadi kekurangan dalam penbentukan dan pengeluaran garam-garam empedu yang terjadi pada beberapa penyakit, lemak-lemak yang tidak tercerna dan tidak terserap akan tampak pada tinja, dalam keadaan-keadaan seperti itu vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, A, D, E, dan K tidak terserap secara sempurna dan dapat mengakibatkan kekurangan vitamin A (Lehninger,1994).
Lemak yang dihasilkan dari makanan yang terkunyah dalam mulut menunjukkan bentuk-bentuk lemak yang telah teremulsikan yaitu emulsified fat dan lemak yang belum teremulsikan yaitu unemulsified fat. Lemak yang belum terelmusi, dalam lambung dengan bantuan empedu diubah menjadi lemak yang sudah terelmusi dan selanjutnya bersama-sama dengan lemak yang terelmusi masuk ke dalam usus halus.  Dalam usus halus lemak-lemak yang terelmusi tadi dengan bantuan enzim intestinal lipase dan pankreatik lipase akan dipecah ke dalam tiga struktur yang lebih sederhana : Asam lemak, gliserol, dan monogliserida (40%-50%); Digleserida, trigleserida (sekitar 10%-20%). Pencernaan lemak dalam tubuh tergantung dari kesehatan tubuh, pada tubuh yang sehat sekitar 95-100% lemak yang dapat dicerna, penggumpalan-penggumpalan lemak sekitar jaringan darah tidak akan terjadi. Lama berlangsungnya proses pencernaan lemak sangat tergantung pada panjang dan atau pendeknya rantai, jumlah atom rantai, dalam molekul asam lemak (Masetya,  1995).
Lemak (trigliserida) dapat dihidrolisis oleh enzim lipase pankreas (steapsin) menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Hidrolisa dapat berlangsung pada pH 7,5-8,5 dan suhu antara 36 °C-40 °C. Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asm lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan, maka semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir (Sumardjo, 2009).


2.4.      Deskripsi Glikolisis
    Glikolisis adalah bagian dari metabolisme karbohidrat. Glikolisis merupakan proses perubahan glukosa  menjadi asam laktat, CO2, dan H2O  melalui anaerob. Glikolisis terletak di sitoplasma. Glikolisis memasukkan berbagai enzim yang berguna sebagai katalis. Jalur glikolisis ditemukan di dalam sitosol dari sel dimana mempunyai dua peran; pemecahan monosakarida untuk menghasilkan energi dan menyediakan satuan pembentuk untuk sintesa senyawa yang diperlukan sel seperti gliserol untuk sintesa trigliserida atau lemak. Sebelum glikolisis dapat berlangsung, sebuah sel harus memperoleh glukosa. Beberapa jenis sel seperti sel-sel hati dan buah pinggang (kidney) yang dapat menghasilkan glukosa dari asam amino hanya hati dan sel-sel jaringan yang menyimpan  glukosa dalam jumlah besar, glukosa ini disimpan sebagai glikogen. Hati dan jaringan memecahkan glikogen menjadi. Sel-sel badan lainnya harus memperoleh glukosa dari sirkulasi darah, sehingga badan perlu mempertahankan suatu konsentrasi yang relatif tetap dari glukosa darah supaya dapat hidup. Hasil glikolisis berupa dua unit senyawa yang mengandung tiga atom karbon yaitu asam piruvat. Sebagian sel-sel mengubah asam piruvat menjadi asam laktat. Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat D-glukosa 6-fosfat (Philip dan Gregory, 2006). Katabolisme glukosa, fruktosa dan galaktosa pertama kali dilakukan oleh enzim-enzim glikolisis yang larut dalam sitiplasma. Glikolisis (gluko= glukosa: lisis = penguraian) adalah proses penguraian karbohidrat (glukosa ) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi dalam keadaan ada atau tanpa oksigen. Asam piruvat akan dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2 dan air, misalnya pada hewan, tanaman dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi aerob. Asam piruvat akan dirubah menjadi etanol (fermentasi alkohol) pada ragi atau menjadi asam laktat pada otot manusia yang berkontraksi (Elizabeth,2007). Setiap proses-proses pada glikolisis menggunakan enzim tertentu. Enzim glikolisis di dalam sel menyebabkan terjadinya katabolisme karbohidrat (Campbell,1996).

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Biokimia Dasar mengenai Pencernaan Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Glikolisis dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 April 2011 pada pukul 16.00 - 18.15 WIB di Laboratorium Biokimia Nutrisi, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.     Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Pencernaan Karbohidrat, Pencernaan Protein, Pencernaan Lemak, dan Glikolisis adalah tabung reaksi, tabung leher angsa, rak tabung reaksi, enlenmeyer, gelas ukur, pipet bola, pipet ukur, water bath, corong, pengaduk, cutter, palet dan kertas saring serta alat tulis.
  Bahan-bahan yang digunakan yaitu amilum, alumunium foil, NaCl, NaCl kumur, HCl 0,1 N, NaOH 0,1 N, EP, putih telur rebus, air, HCl 0,45 %, pepsin , HCl 0,45%, PP, Na¬2CO3 lemak, susu, empedu, glukosa, ragi yang dipanaskan dan lugol.






3.2.     Metode
3.2.1.     Pencernaan Karbohidrat
3.2.1.1. Pengumpulan Saliva, membasuh mulut dengan air bersih dan mengambil kira-kira 20 ml NaCl 0,1% dan memasukannya ke dalam mulut kumur dengan larutan tersebut. Kumur kira-kira selama 1 menit lalu tampung air kumuran ke dalam gelas beker dan menyaringnya untuk menghilangkan sel-sel epitel ronga mulut dan kotoran-kotoran lainnya.

3.2.1.2. Percobaan Amilum oleh Enzim Ptialin, mengambil 3 buah tabung reaksi dam memberi nomor pada masing-maasing tabung. Mengisi tabung 3 dengan 5 ml saliva dan menambahkan larutan 5 ml  amilum masak, kemudian 5 ml saliva yang telah mendidih lalu mendinginkannya dengan air dan menambahkan 5 ml larutan amilum 1 % masak ke dalam tabung ke dua, 5 ml saliva dan mengasamkannya dengan 5 tetes HCl 0,1 N kemudian menambahkannya dengan 5 ml larutan amilum masak ke dalam tabung ketiga, dan 5 ml larutan amilum 1 % masak (tanpa menambah saliva) ke dalam tabung keempat. Memasukkan kelima tabung tersebut ke dalam inkubator yang bersuhu 37º C dan mengamatinya setiap 15 menit, mengambil 1 tetes dan memasukkannya ke tabung.


3.2.1.3. Pencernaan Amilum Masak oleh Asam, mengambil 2 tabung reaksi dan memberi nomor 4 dan 5. Mengisi dengan larutan HCl 0,45% dan 5 ml larutan 0,1%  masak ke dalam tabung kedelapan kemudian memasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37. Mengisi 5 ml larutan amilum 1 % masak dan 1 ml larutan HCl 0,45 % kemudian memasukkan kedua tabung ke dalam inkubator dan mengikuti hidrolisisnya setiap 15 menit dengan uji Iod ung reaksi lalu melakukan uji iod.
3.2.1.4. Pencernaan Amilum Masak oleh Ekstrak Pankreas, mengambil 2 buah tabung reaksi dan memberi nomor  6, dan 7. Mengisi 5 ml amilum dan menambah 1 ml ekstrak pakreas dan 1 ml HCl 0,1 N ke dalam tabung ke 6, lalu  5 ml amilum dan menambahkan 1 ml ekstrak pankreas serta 5 tetes NaOH 0,1 N ke dalam tabung 7. Memasukkan kedua tabung reaksi dalam inkubator yang bersuhu 37ºC lalu mengikuti hidrolisisnya dengan uji iod tiap 15 menit.

3.2.2.     Pencernaan Protein
Menyiapkan enam tabung reaksi. Mengiris tipis putih telur rebus sebanyak enam buah. Mengisi tabung pertama dengan putih telur rebus, 2 mL pepsin, dan 1 mL air. Mengisi tabung kedua dengan putih telur rebus, 2 mL pepsin, I mL HCl 0,45%. Mengisi tabung ketiga dengan putih telur rebus, 2 mL pepsin panas, dan 1 mL HCl 0,45%. Mengisi tabung keempat dengan putih telur rebus, 2 mL ekstrak pankreas, dan air 1 mL. Mengisi tabung kelima dengan putih telur rebus, 2 mL ekstrak pankreas panas, dan 1 mL HCl 0,1 N. Mengisi tabung keenam dengan putih telur rebus, 2 mL ekstrak pankreas, dan 1 mL NaOH 0,1 N. Memasukkan keenam tabung reaksi tadi kedalam Water Bath. Mengamati hasilnya, reaksi positif jika putih telur rebus tidak terlihat atau larutan pada tabung berwarna kuning.

3.2.3.     Pencernaan Lemak
Mengencerkan susu dengan aquades dalam gelas ukur, kemudian menggambil 3 buah tabung reaksi dan menggisinya masing-masing dengan 2 ml susu yang telah diencerkan. Menambahkan 1 ml aquades dan 4 tetes PP pada tabung pertama. Menambahkan 1 ml Ekstrak Pankreas dan 4 tetes PP pada tabung kedua. Menambahkan 1 ml Ekstrak Pankreas, 4 tetes PP dan 1 tetes empedu pada tabung ketiga. Tambahkan Na2CO3 pada setiap tabung sampai larutan berwarna merah muda (pada praktikum tabung pertama 1 tetes, tabung kedua 1 tetes, dan tabung ketiga 3 tetes). Kemudian meletakkan ketiga tabung reaksi tersebut dalam rak tabung dan memasukkannya dalam inkubator dengan suhu tubuh selama 30 menit. Mengamati ketiga tabung yang telah diinkubasi, reaksi positif menunjukan larutan berwarna hijau muda. Mencatat hasil praktikum pada buku hasil pengamatan.

3.2.4.     Glikolisis
    Menyiapkan gelas angsana sebanyak tiga buah, kemudian disiapkan tiga gelas reaksi yang berisi glukosa, ragi, ragi panas, dan aquades. Memberi glukosa dan ragi pada gelas angsana pertama, mencampurkannya dengan 10ml glukosa dan 10ml ragi kemudian mengocoknya agar tercampur. Menutup lubang dengan aluminium foil, di usahakan dalam tabung angsana tidak ada gelembung udara di dalamnya. Pada tabung kedua pada gelas angsana diberi air dan ragi, mencampurkannya dengan 10ml air dan 10ml ragi setelah itu menutup lubang dengan alumunium foil, diusahakan tidak ada gelembung didalamnya. Pada tabung ketiga pada gelas angsana diberi glukosa dan ragi yang sudah dipanaskan, mencampurkannya dengan 10ml glukosa dan 10ml ragi panas setelah itu di kocok hingga tercampur kemudian sebelum di tutup alumunium foil diusahakan tidak ada gelembung dalam tabung. Menunggu selama 45 menit sampai terjadinya reaksi pada ketiga tabung tersebut. Pada percobaan ini akan dihasilkan pada tabung pertama terjadi ada gelembung di atas berarti reaksi tersebut bereaksi positif (+), pada tabung kedua dan ketiga tidak terjadi adanya gelembung digelasnya berarti tidak terjadi proses glikolisis dan reaksinya negative (-).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.     Pencernaan Karbohidrat
4.1.1.    Pencernaan Amilum oleh Saliva
    Berdasarkan hasil praktikum pencernaan amilum oleh saliva dihasilkan data sebagai berikut :
  Tabel 1. Pencernaan Daya Amilum Saliva
TB    Reagen yang Dimasukkan    Waktu    Reaksi
        15’    30’    45’    60’   
1    5 mL amilum    Biru    Biru    Biru    Biru    -
2    5 mL amilum + NaCl 0,1 N    Biru    Biru    Biru    Biru    -
3    5 mL amilum + NaCl    Kuning     Kuning     Kuning    Kuning    +
   Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2011
Tabung ke-1 dan ke-2 membentuk warna biru , reaksi ini berjalan negatif karena terjadi proses pencernaan yang disebabkan oleh enzim ptyalin atau α-amilase yang dihasilkan oleh saliva sehingga memecah amilum menjadi dekstrin. Hal ini sesuai dengan pendapat Marks (2000) yang menyatakan bahwa α-amilase mengubah polisakarida yang berukuran besar (amilum) menjadi polisakarida yang berukuran kecil yang disebut desktrin. Tabung ke-3 terbentuk warna kuning, reaksi ini berjalan positif, pada umumnya reaksi ini berjalan negatif mungkin pada saat pemberian HCl, pH larutan HCl berkisar antara 5-6 yang memungkinkan enzim α-amilase masih aktif pada pH tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Marks (2000) yang menyatakan bahwa kerja α-amilase dihentikan oleh pH asam yang menyebabkan kerusakan enzim.

4.1.2     Pencernaan Amilum Masak oleh Asam
Berdasarkan praktikum pencernaan amilum masak oleh asam didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Pencernaaan Amilum Masak oleh Asam
TB    Reagen yang    Waktu    reaksi
    Dimasukkan    15'    30'    45'    60'   
4    5 mL amilum +    Biru    Biru    Biru    Biru     -
    1 mL HCl 0,1 N    Kehitaman    kehitaman    kehitaman    Kehitaman   
5    5 mL amilum +    Biru     Biru    Biru    Biru     -
    NaOH 0,1 N    Kehitaman    Kehitaman    Kehitaman    Kehitaman   
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2011
Tabung ke-4 dan ke-5 terbentuk warna biru kehitaman, reaksi berjalan negatif karena tidak adanya enzim sehingga tidak terjadi pencernaan dan tidak dapat bekerja dalam suasana asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Rodwell (1984) yang menyatakan bahwa pencernaan tidak terjadi tanpa adanya enzim yang membantu. Reaksi berjalan negatif karena tidak adanya enzim yang membantu proses pencernaan dan tidak dapat bekerja pada suasana asam. Selain itu, tabung yang tidak dimasukan ke dalam inkubator akan memengaruhi suhu pada proses pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Marks (2000) yang menyatakan bahwa suhu tubuh manusia normal mencapai 37oC, peningkatan suhu dari 0oC menjadi 37oC meningkatkan kecepatan reaksi karena meningkatkan energi getaran substrat. Aktivitas maksimum untuk sebagian besar enzim manusia berlangsung dekat suhu 37oC karena pada suhu yang lebih tinggi terjadi denaturasi.

4.1.3.  Percernaan Amilum Masak oleh Ekstrak Pankreas
Berdasarkan Hasil Praktikum pencernaan amilum masak oleh ektrak pankreas diperoleh hasil :
Tabel 3. Pencernaan Amilum Masak oleh Ekstrak Pankreas
TB    Reagen yang Dimasukkan    Waktu    Reaksi
        15’    30’    45’    60’   
6    5 mL amilum+1 mL EP+1 mL HCl 0,1 N    Biru kehitaman    Biru kehitaman    Biru kehitaman    Biru kehitaman    -
7    5 mL amilum+1 mL EP+NaOH 0,1 N    Merah Bata    Merah Bata    Merah Bata    Merah Bata    +
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2011
Keterangan :
Reaksi positif (+) jika setelah ditetesi larutan Iod berwarna merah bata.
Tabung 6 terbentuk warna biru kehitaman, reaksi berjalan negatif karena enzim pankreas terdenaturasi oleh HCl sehingga tidak terjadi pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat  Marks (2000) yang menyatakan bahwa enzim akan terdenaturasi oleh asam.
Tabung 7 terbentuk warna  merah bata, reaksi berjalan positif karena ada pencernaan oleh pankreas enzim yang menghidrolisis amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith (2000) yang menyatakan bahwa α-amilase pankreas menghrolisis ikatan α-1,4 dalam amilum. Reaksi berjalan positif karena terjadi pencernaan yang melibatkan pankreas enzim. Hal ini sesuai dengan pendapat Mayes (1999) yang menyatakan bahwa  pankreas enzim bekerja dalam keadaan basa sehingga dapat menghidrolisis amilum.
4.2.     Pencernaan Protein
4.2.1.     Pencernaan Protein oleh Pepsin
Dari hasil percobaan pencernaan protein oleh pepsin didapatkan data – data yang dimuat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pencernaan Protein Oleh Pepsin
TB    Reagen yang Dimasukkan    Inkubasi 30’
D    PTR + 2 mL Pepsin + 1 mL Air    -
    masuk water bath   
E    PTR + 2 mL pepsin + 1 mL HCl 0,45%    -
    masuk water bath   
F    PTR + 2 mL pepsin panas + 1 mL    -
     HCl 0,45% masuk water bath   
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2011
Keterangan:
Positif  (+) : Jika putih telur terlarut (putih telur tidak terlihat).
Negatif (- ) : Jika putih telur tidak terlarut (putih telur terlihat).
Percobaan pada tabung D, E, dan F menghasilkan nilai negatif, ditunjukkan dengan larutan yang tetap bening dan PTR masih terlihat jelas. Hal ini dikarenakan air tidak dapat mencerna protein karena bersifat netral, sedangkan enzim yang mencerna protein hanya aktif pada kondisi asam. Pada larutan pepsin ditambah dengan HCl dan putih telur rebus tidak terjadi reaksi apapun. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pencernaan protein oleh pepsin bekerja dalam suasana asam dengan pH sekitar dua sampai tiga, tetapi tidak aktif pada pH diatas 5. Pada larutan pepsin panas yang ditambah dengan HCl dan putih telur rebus juga tidak terjadi reaksi apapun. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Abdurahman (2008) yang menyatakan bahwa jika suhu terlalu tinggi, akan mengalami denaturasi (perubahan susunan molekul). Percobaan ini gagal dikarenakan putih telur rebus yang dimasukkan masih tebal tidak tipis, sehingga mengakibatkan pepsin sulit untuk mencernanya.   
4.2.2.     Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Dari hasil percobaan pencernaan protein oleh pepsin didapatkan data – data yang dimuat dalam tabel dibawah ini :
 Tabel 5. Hasil Pengamatan pencernaan protein oleh pepsin
TB    Reagen yang dimasukkan    Inkubasi 30’
G    PTR + 2 mL EP + 1 mL Air    -
    masuk water bath   
H    PTR + 2 mL EP panas + 1 mL HCl 0,1 N    -
    masuk water bath   
I    PTR + 2 mL EP + 1 mL NaOH 0,1 N    +
    masuk water bath   
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2011
Keterangan:
Positif ( +) : Jika larutan pada tabung berwarna bening.
Negatif ( -) : Jika larutan pada tabung berwarna keruh.
        Percobaan pada tabung G dan H menghasilkan reaksi negatif. Hal ini dikarenakan ekstrak pankreas tidak dapat bekerja pada suasana netral dan asam, serta pada suhu yang tinggi. Sesuai dengan pendapat Poedjiadi (1994) bahwa hidrolisis protein oleh enzim proteolitik dalam pankreas paling baik ada suasana basa. Pada reksi yang positif ditunjukkan dengan warna larutan yang berubah menjadi bening dan padareaksi yang negatif larutannya tetap keruh. Pada tabung I  yang berisi putih telur rebus, 2 mL ekstrak pankreas, dan 1 mL NaOH 0,1 N menghasilkan reaksi positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariwibowo (2007) pada suasana basa, enzim-enzim yang dihasilkan pankreas dapat bekerja optimum.

4.3.     Pencernaan Lemak
4.3.1.     Pencernaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas
Praktikum pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 6. Pencernaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas (EP)
Tabung    Reagen yang dimasukkan    Na2CO3(tetes)    Inkubasi 30’
1    2 ml + 1 ml aquades + 4 tetes PP, Masuk Inkubator    1    -
2    2 ml susu + 1 ml EP + 4 tetes PP, Masuk Inkubator    1    -
3    2 ml susu + 1 ml EP + 4 tetes PP + 1 tetes empedu, Masuk Inkubator    3    +
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2011
Keterangan :
Positif ( + ) : Jika setelah diinkubasi larutan berwarna hijau muda.
Tabung pertama menghasilkan reaksi (-) karena warnanya masih tetap merah muda, hal ini terjadi karena pada tabung pertama tidak terdapat enzim pankreas sebagai pemecah lemak dan empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak. Tabung kedua menghasilkan reaksi (-) pula walaupun sudah terdapat ekstrak pankreas sebagai enzim. Hal ini dikarenakan tidak terdapat empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak, jadi partikel lemak menyatu dan enzim pankreas tidak dapat berkerja. Tabung ketiga dihasilkan reaksi (+), karena pada tabung ketiga terdapat ekstrak pankreas dan empedu. Ektrak pankreas sebagai enzim yang mencerna partikel-partikel lemak agar dapat di cerna oleh tubuh sesuai dengan pendapat Moehji (1986) yang menyatakan bahwa enzim utama yang mencerna triasilgliserol makanan adalah lipase yang di hasilkan oleh pankreas. Selain itu terdapat empedu yang berperan sebagai pelapis partikel agar tidak menyatu/mengemulsi lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1983) yang menyatakan bahwa Lemak makanan meninggalkan lambung dan masuk ke dalam usus halus, untuk menjalani emulsifikasi (tersuspensi dalam partikel-partikel halus dalam lingkungan air) oleh garam-garam empedu. Winarno (1986) menambahkan bahwa sekresi empedu (hati) dalam usus halus, mencerna lemak menjadi emulsi lemak.

4.4.     Glikolisis
    Dari hasil praktikum glikolisis menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 7.  Glikolisis
TB    Reagen yang Dimasukkan    Inkubasi 45’
1    10 mL glukosa + 10 mL Ragi    +
2    10 mL air+ 10 mL Ragi    -
3    10 mL Glukosa + 10 mL Ragi Panas    -
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2011
Keterangan :
Positif ( + ) : Jika pada tabung glikolisis terlihat gelembung-gelembung udara.
    Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh hasi bahwa pada tabung 1 didapatkan reaksi positif karena adanya gelembung-gelembung udara yaitu berupa CO2. Pada tabung 2 dan tabung 3 beraksi negatif karena tidak adanya gelembung-gelembung udara, hal ini terjadi karena tidak adanya dukungan enzim-enzim glikolisis sehingga tidak terjadi reaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Philip dan Gregory, 2006). Glikolisis (gluko= glukosa: lisis = penguraian) adalah proses penguraian karbohidrat (glukosa ) menjadi piruvat. Reaksi penguraian glikolisis terjadi dalam keadaan anaerob. Asam piruvat akan dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2 dan air, misalnya pada hewan, tanaman dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi aerob (Elizabeth, 2007). menambahkan bahwa enzim glikolisis di dalam sel menyebabkan terjadinya katabolisme karbohidrat.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Simpulan
Berdasarkan hasil Praktikum Karbohidrat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pencernaan karbohidrat terjadi pada mulut dan usus halus. Pencernaan Protein sangat bergantung pada larutan pepsin yang hanya dapat bekerja dalam kondisi asam yaitu dengan larutan HCl, sedangkan ekstrak pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein dalam kondisi basa yaitu dilarutkan dengan larutan NaOH. Pemecahan partikel lemak membutuhkan 3 komponen, yaitu ekstrak empedu sebagai pengemulsi, enzim pankreas sebagai pemecah molekul lemak, dan indikator PP sebagai pemberi warna. Glikolisis merupakan proses metabolism karbohidrat yang tidak membutuhkan oksigen (anaerob).

5.2. Saran
Ketika melakukan inkubasi pada percobaan karbohidrat, sebaiknya lebih diperhatikan ketepatan waktunya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung : Grafindo
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Almu Gizi. Erlangga : Jakarta
Anggorodi, H. R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia : Jakarta
Ariwibowo, Moekti dan Fiktor Ferdinand P. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Grafindo
Campbell. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga
Campbell dan Reece-Mitchell. 1996. Bioloy. Jakarta : Erlangga
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta
David, S. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga : Jakarta
Fessenden. 1994. Kimia Organik. Gelora Aksara Pratama : Jakarta
Harold, H. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga : Jakarta
Hawab, M. 2003. Pengantar Biokimia. Bayu Media Publishing : Bogor
Keenan, C.W. 1994. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Kuchel, Philip dan Gregory B. Ralston. 2006. Schaum’s Easy Outlines : Biokimia. Jakarta : Erlangga
Lehninger, L. A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga : Jakarta
Lubis, D. A. 1996. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan : Jakarta
Marks, D. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC : Jakarta
Masetyo, H.  1995.  Ilmu gizi.  Rineka Cipta : Jakarta
Mayes, P. A. 1999. Biokimia Harper. Jakarta: EGC
Murwani,Retno. 2010. Modul Biokimia. Semarang : UNDIP Press
Moehji, S. 1986. Ilmu Gizi. Burata Karya Cita :Jakarta
Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Aneka Ilmu: Semarang
Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa : Bandung
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Rahayu, I. 2006. Praktis Belajar Kimia. Bandung : Visindo Persada
Respati, I.R. 1980. Pengantar Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Aksara Baru
Riawan, S. 1990. Ilmu Pangan. Erlangga : Jakarta
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Simanjuntak, M. T. and Silalahi, S. 2011, Farmasi.  (online) (http:://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsim1.pdf) diunduh tanggal 2 Mei 2011
Smith. 2000. Schaum's: Biokimia. Jakarta, Erlangga
Soenarsono, M. 1986. Biokimia. Universitas Gajah Mada Pers, Yogyakarta
Srigondo, K. 1993. Kamus Istilah Peternakan. Gajah mada University Press, Yogyakarta
Stryer, L. 1996. Biokimia Edisi IV. EGC, Jakarta
Sudardjo dan Kusharto, C. 2005. Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga
Sumardjo, Darmin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC
Susianto dan Widjaja, H. 2007. Diet Anak Ala Vegetarian. Bandung : Niaga Swadaya
Winarno, F. G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta
Winaryati, E. 1998. Diktat Ilmu Kimia Makanan. Akademi Gizi Muhammadiyah Press, Semarang