BAB I
PENDAHULUAN
Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang diajalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Pertama, pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankan, karena setiap pemilik menginginkan modal yang telah ditanamkan dalam usahanya segera cepat kembali. Disamping itu, pemilik juga mengharapkan adanya hasil atas modal yang ditanamkan. Kedua, pemilik menginginkan bahwa usaha yang dijalankan nantinya tidak ha nya untuk satu periode kegiatan saja. Ketiga, perusahaan tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai jenis barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat umum. Keempat, usaha yang dijalankan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, baik yang berada dalam lingkungan perusahaan maupun lingkungan luar.
Tujuan dari praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah mengamati dan menjelaskan bentuk perusahaan, macam- macam biaya, penentuan harga pokok produksi, harga pokok penjualan dan Break Even Point ( BEP ) dan dapat mengevaluasi rasio keuangan dari perusahaan yang kita kunjungi. Manfaat dari praktikum ini nadalah kita dapat menganalisis suatu perusaan tersebut mulai dari macam- macam biaya sampai analisis keuangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknis usaha peternakan
Secara garis besar, usaha ternak yang diupayakan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam sifat atau jenis ternak menjadi usaha ternak ruminansia dan non-ruminansia. Hasil akhir dari ternak ruminansia berupa daging dan susu serta produknya, dan hasil akhir dari ternak non ruminansia berupa telur dan daging (Yusdja, 1986). Dampak yang berlangsung dalam kegiatan usaha ternak harga produk dari kegiatan hasil ternak cenderung lebih tinggi, nilai tukar hasil ternak yang berakibat pada kemampuan daya beli masyarakat yang lebih tinggi (Widodo, 1993).
2.2. Analisis laporan keuangan
Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya kedepan. Setelah laporan keuangan disusun bedasarkan data yang relevan, serta dilakukan prosedur akuntasi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (hutang), serta modal (equitas) (Kasmir,2009).
2.2.1. Biaya
Harga dari jasa tertentu yang telah diserahkan kepada perusahaan dan bahan baku yang telah diapakai atau dipergunakan dalam proses produksi dari suatu perusahaan segerak digolongkan sebagai biaya-biaya yang dibebankan kepada penghasilan. Biaya dari kekayaan dan bahan baku yang tidak dipergunakan dapat digolongkan sebagai aktiva (Myer, 1993).Perilaku biaya berhubungan dengan biaya produksi yaitu dalam jangka pendek juga ada faktor produksi tetap yang dapat menimbulkan biaya tetap dalam jangka panjang dan ada juga faktor produksi yang bersifat variabel yaitu yang menimbulkan biaya variabel (Rahardja dan Manurung, 2008).
2.2.1.1. Biaya tetap, biaya tetap adalah biaya yang langsung dipengaruhi faktor-faktor produksi (kontinyu) (Kasmir, 2009). Biaya tetap juga dapat diartikan sebagai biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi dan selama jangka pendek (Rahadja dan Manurung, 2008). Contoh biaya tetap adalah biaya umum dan administrasi, biaya penjualan, dan biaya lainnya (Myer, 1993).
2.2.1.2. Biaya variabel, biaya tidak tetap adalah biaya yang langsung dipengaruhi oleh faktor produksi (Kasmir, 2009). Biaya variabel dapat diartikan sebagai biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi yang biasanya terjadi pada jangka panjang (Rahardja dan Manurung, 2008) .Contoh biaya tidak tetap adalah bunga bank dan bunga obligasi (Myer, 1993).
2.2.2. Penerimaan
Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali harga jual (P) karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal (Rahadja dan Manurung, 2008). Kurva penerimaan total berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan positif, bergerak mulai dari titik (0,0) (Billas, 1985).
2.2.3. Pendapatan
Pendapatan merupakan segala sesuatu yang kita peroleh dalam melakukan transaksi penjualan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit dengan kata lain pembayaran yang secara kredit akan menjadi pendapatan yang merupakan hak perusahaan (Kasmir, 2009). Penghasilan-pengahsilan dari suatu periode tertentu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dihitung untuk memperoleh penghasilan, dan selisihnya adalah pendapatan bersih untuk periode itu. Pendapatan atau penghasilan dinilai dengan harga-harga penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang telah dilakukan, ditambah bentuk-bentuk penghasilan tertentu (Myer, 1993).
2.2.4. Neraca keuangan
Neraca adalah ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukan akitiva dengan total kewajiban ditambah equitas pemilik (Kasmir, 2009). Neraca berfungsi untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis) harta, hutang, dan modal perusahaan yang disusun pada akhir tahun (Myer, 1993).
2.2.5. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi juga melaporkan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya (nilai uangnya) dalam periode yang sama (Myer, 1993). Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan perusahaan dalam kondisi laba (untung). Namun, jika sebaliknya, yaitu jumlah pendapatan leih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dalam kondisi rugi (Kasmir, 2009).
2.2.6. Analisis Ratio Keuangan
Ratio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya (Myer, 1993). Hasil ratio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Misalnya antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau antara total aktiva dengan total uang (Kasmir, 2009).
2.2.6.1. Ratio Likuiditas, Ratio likuiditas merupakan ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi ratio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam perusahaan (likuiditas perusahaan) (Kasmir, 2009). Ratio likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban jangka pendeknya) yang jatuh tempo, atau ratio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mebiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek) (Myer, 1993).
2.2.6.2. Ratio Solvabilitas, Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannnya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh asset yang dimilikinya. Hal ini sesungguhnya jarang terjadi kecuali perusahaan mengalami pailit. Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan (Myer, 1993). Aspek pertimbangan rentabilitas dalam manajemen modal kerja merupakan hal yang paling penting, karena bagaimanapun tujuan setiap kegiatan perusahaan adalah untuk memperoleh laba, dan salah satu cara untuk memperbesar memperoleh laba adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dana perusahaan melalui manajemen modal kerja. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sedangkan rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dapat dinyatakan dalam persentase (Kasmir, 2009).
2.2.6.3. Ratio Rentabilitas, Rasio Rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
Gross profit margin = (Operating Income-Operating expense)/(Operating xpense)
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba operasi dari operasi usahanya yang murni. Gross Profit Margin semakin tinggi maka semakin baik hasilnya ( Kasmir, 2009).
2.2.7. Return on Investment (ROI)
Tolak ukur kinerja digunakan untuk mengevaluasi efisiensi sebuah investasi atau untuk membandingkan efisiensi dari sejumlah investasi yang berbeda.. Untuk menghitung ROI, keuntungan (return) dari suatu investasi dibagi dengan biaya investasi, hasilnya dinyatakan dalam persentase atau suatu rasio.
Laba atas investasi formula:
ROI = (( Gain from Investment-Cost of Investment))/(Cost of Investment)
Laba atas investasi yang sangat populer metrik karena fleksibilitas dan kesederhanaan.. Artinya, jika investasi tidak memiliki ROI positif, atau jika ada kesempatan lain dengan ROI yang lebih tinggi, maka investasi seharusnya tidak dilakukan (Kasmir, 2009).
Perlu diketahui bahwa perhitungan untuk pengembalian atas investasi dan, karena itu definisi, dapat dimodifikasi untuk disesuaikan dengan situasi-semuanya tergantung pada apa yang Anda termasuk sebagai imbalan dan biaya. Definisi dari istilah itu dalam arti yang luas hanya mencoba untuk mengukur profitabilitas suatu investasi dan, dengan demikian, tidak ada satu "benar" perhitungan. Sebagai contoh, pemasar mungkin membandingkan dua produk yang berbeda dengan membagi pendapatan yang masing-masing produk yang dihasilkan oleh masing-masing biaya pemasaran (Myer, 1993).
2.2.8. Payback Period
Payback period dalam penganggaran modal mengacu pada periode waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi untuk "membayar" jumlah investasi awal.Periode pengembalian lebih pendek lebih baik daripada periode pengembalian lama. Payback period banyak digunakan karena mudah digunakan meskipun keterbatasannya diakui yaitu istilah ini juga banyak digunakan dalam jenis bidang investasi, sering berkaitan dengan efisiensi energi teknologi, pemeliharaan, upgrade, atau perubahan lainnya. Payback period sebagai alat analisis sering digunakan karenamudah untukmenerapkan dan mudah dipahami bagi kebanyakan orang, terlepas dari pelatihan akademis atau bidang usaha (Kasmir, 2009).Ketika digunakan dengan hati-hati atau untuk membandingkan investasi yang sama, dapat sangat berguna. Payback period dianggap sebagai metode analisis dengan keterbatasan yang serius dan kualifikasi untuk penggunaannya, karena tidak benar account untuk nilai waktu uang, risiko, pembiayaan atau pertimbangan penting lainnya, seperti biaya kesempatan.
Sementara nilai waktu uang dapat diperbaiki dengan menerapkan berat rata-rata biaya modal diskon, umumnya sepakat bahwa alat ini untuk keputusan investasi tidak boleh digunakan dalam isolasi. Sebuah asumsi yang tersirat dalam penggunaan payback period adalah bahwa kembali ke investasi berlanjut setelah payback period. Payback period tidak menentukan perbandingan apapun yang diperlukan untuk investasi lain atau bahkan untuk tidak melakukan investasi. Tidak ada rumus untuk menghitung payback period, kecuali kasus sederhana dan non-realistis dari pengeluaran kas awal dan lebih konstan arus kas masuk atau arus kas masuk konstan tumbuh. Untuk menghitung payback period algoritma tersebut diperlukan.Hal ini mudah diterapkan di spreadsheet. Algoritma khas tereduksi menjadi perhitungan arus kas kumulatif dan saat di mana ia berubah menjadi positif dari negatif (Myer,1993)
BAB III
METODOLOGI
3.1. LokasidanWaktuPelaksanaan
Praktikum ekonomi perusahaan peternakan dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2011 di peternakan Sapi Perah kelurahan Sumurejo Kecamatan Gunung Pati, Semarang.
3.2. MetodePraktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ekonomi perusahaan peternakan ini adalah dengan mensurvei peternakan sapi perah tersebut, kemudian kita mewawancari usaha yang bergerak dibidang peternakan sapi perah. Kemudian kita mencatat dan mengambil dokumentasi apa saja yang dibicarakan oleh pemilik tersebut.
3.3. MetodeAnalisis Data
3.3.1. Payback Period
Pay back periode = (investasi yang dibutuhkan )/(kas masuk tahunan bersih)
*Jika peralatan yang baru menggantikan peralatan lama, ini menjadi tahunan arus kasmasuk bersihin kremental.
3.3.2. Likuiditas (Current Ratio)
Currentratio = (aktiva lancar)/(Hutang lancar)
Bottom of Form
3.3.3. Solvabilitas
Solvabilitas = (Total Aktiva)/(TOtal Hutang)
3.3.4. Rentabilitas
RentabilitasModal Sendiri = EBIT/MS x 100%
RentabilitasEkonomi = EBIT/(MS+MA) x 100%
Dimana :RE = rentabilitas ekonomi
Lk = laba kotor
MA = modal asing
MS = modal sendiri
3.3.5. ROI
ROI =EAIT/(modal yang diinvestasikan)x 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Teknis usaha peternakan
Sapi perah merupakan ternak yang dapat diambil profitnya berupa susu. Susu merupakan sumber makanan utama bagi semua hewan mamalia yang baru lahir dan dapat pula menjadi bagian penting dari bahan makanan manusia, berapapun umurnya. Namun, terkadang harga susu yang dijual tidak sesuai dengan harga yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo (1993) yang menyatakan bahwa dampak yang berlangsung dalam kegiatan usaha ternak harga produk dari kegiatan hasil ternak cenderung lebih tinggi, nilai tukar hasil ternak yang berakibat pada kemampuan daya beli masyarakat yang lebih tinggi.
4.2. Analisis Laporan Keuangan
Hasil ratio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Misalnya antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau antara total aktiva dengan total uang . Dengan mengetahui data-data keuangan perusahaan, dapat terlihat keunggulan dan kelemahan dari perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (hutang), serta modal (equitas).
4.2.1. Biaya
4.2.1.1.Biaya Tetap
Tabel 1. Biaya Tetap
Jenis Biaya Tetap Jumlah (Rp)
-Biaya Listrik 5.400.000
-Biaya sewa tanah 1.250.000
-Biaya Pegawai Tetap 9.600.000
-Penyusutan 72.422.050
Total 88.672.050
Berdasarkan data diatas, total dari semua biaya tetap sebesar Rp. 88.672.050-, Biaya tetap tidak tergantung pada tingkat produksi, hal ini sesuai dengan pendapat Rahadja dan Manurung (2008) bahwa biaya tetap juga dapat diartikan sebagai biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi dan selama jangka pendek.
4.2.1.2. Biaya Variabel
Tabel 2.BiayaVariabel
Jenis Biaya Tetap Jumlah (Rp)
Biaya Pakan 72.000.000
Biaya Vaksin 600.000
Total 72.600.000
Biaya pakan, obat dan vaksin termasuk biaya variabel. Perusahaan sapi perah ini tidak mengeluarkan biaya pakan, karena di perternakan sapi perah terletak di desa, sehingga pakan hanya mengambil dari jerami di sawah tetangga, rumput gajah, silase, dedak, ampas tahu, jagung dan ketela. Sedangkan untuk biaya vaksin sebesar Rp.600.000/ th. Besarnya biaya pakan, obat, dan vaksin dikeluarkan oleh perusahaan tergantung pada tingkat produksi. Semakin tinggi tingkat produksi, semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biaya variabel langsung dipengaruhi faktor produksi, hal ini sesuai dengan pendapat kasmir (2009) bahwa biaya tidak tetap adalah biaya yang langsung dipengaruhi oleh faktor produksi.
4.2.2. Penerimaan
Penerimaan dapat dijadikan sebagai pendapatan suatu perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan di atas dapat diketahui bahwa penerimaan yang diperoleh dari peternakan sapi perah adalah 500 liter susu per hari, setiap liter harganya Rp. 2.200,-. Jadi penerimaan yang didapat peternakan sapi perah ini sebesar Rp. 396.000.000,-. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahadja dan Manurung (2008) bahwa penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali harga jual (P) karena harga telah ditetapkan, penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal.
4.2.3. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari perusahaan sapi di atas berasal dari jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya operasional yaitu Rp.396.000.000 - Rp. 161.272.050, sehingga diperoleh total pendapatan Rp 234.727.950,-. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) bahwa pendapatan merupakan segala sesuatu yang kita peroleh dalam melakukan transaksi penjualan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit dengan kata lain pembayaran yang secara kredit akan menjadi pendapatan yang merupakan hak perusahaan.
4.2.4. Neraca Keuangan
Aktiva Pasiva
Aktiva Lancar Hutang Lancar 20.000.000
-Kas 150.000.000 Hutang Jangka pjg 150.000.000
-Piutang 500.000 Equitas
-Persediaan barang 930.000.000 -Modal awal 1.147.150.000
Aktiva Tetap -Laba ditahan 56.594.100
-Peralatan 2.150.000
-Kandang 215.000.000
-Akumulasi penyusutan 76.094.100
Total 1.373.744.100 Total 1.373.744.100
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa total aktiva sama dengan total pasiva. Perusahaan ini memiliki keseimbangan antara aktiva dan pasiva. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) bahwa neraca adalah ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukan aktiva dengan total kewajiban ditambah equitas pemilik.
4.2.5. Laporan Laba Rugi
-Penerimaan 396.000.000
-Biaya 161.272.050
-Pendapatan 234.727.950
-penyusutan 72.422.050
-EBIT 162.305.900
-Interest 14.000.000
-EBIT 148.305.900
-Pajak 29.661.180
EAIT Rp. 118.644.720-,
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut untung, karena pendapatannya lebih besar daripada pengeluaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan perusahaan dalam kondisi laba (untung). Namun jika sebaliknya yaitu jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dalam kondisi rugi.
4.2.6. Analisis Ratio Keuangan
4.2.6.1. Ratio Likuiditas
Currentratio = (aktiva lancar)/(Hutang lancar)
= 1.080.500.000/20.000.000
= 54
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Ratio Likuiditas sebesar 54. Berari perusahaan itu sangat likuiditas karena setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 54 aktiva lancar. Perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajinban jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam perusahaan Hal ini sesuai dengan pendapat ( kasmir, 2009) yang menyatakan bahwa fungsi ratio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
4.2.6.3. Ratio Rentabilitas
Ratio Rentabilitas = EBIT/MS x 100%
= (162.305.900 )/1.147.150.000 x 100%
= 14,2 %
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Ratio Rentabilitas sebesar 14,2 %. Berari perusahaan tersebut di dalam menghasilkan keuntungan 14,2 % dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, semakin tinggi maka maka semakin baik hasilnya.Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya, semakin tinggi maka maka semakin baik hasilnya.
4.2.7. Return On Investment
ROI =EAIT/(modal yang diinvestasikan)x 100%
= (118.644.720 )/( 1.147.150.000) x 100%
= 10,3 %
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut baik, karena jumlah ROI melebihi dari suku bunga di bank BRI. Jumlah ROI 10,3 %, sedangkan suku bunga di bank 1,2 %. Selain itu perusahaan tersebut mampu untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Karena ROI juga digunakan untuk mengetahui perlu adanya investasi dalam suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Myer (1993) yang menyatakan bahwa jika investasi tidak memiliki ROI positif, atau jika ada kesempatan lain dengan ROI yang lebih tinggi, maka investasi seharusnya tidak dilakukan.
4.2.8. Payback Period
Payback period = (investasi yang dibutuhkan )/(kas masuk tahunan bersih)
=(1.147.150.000 )/150.000.000
= Rp 7,65
Berdasarkan data di atas , dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut bisa dihitung pay back periode nya. Pay back peroide ini digunakan sebagai alat analisis yang mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa pay back periode sebagai alat analisis sering digunakan karena mudah untuk menerapkan dan mudah dipahami bagi kebanyakan orang terlepas dari pelatihan akademis atau bidang usaha.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Penerimaan total (total revenue) perusahaan sama dengan jumlah output (Q) dikali dengan harga jual (P) karenahargatelahditetapkan, penerimaan rata – rata danpenerimaanmarjinal. Neraca adalah ringkasan posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukkan aktiva dengan total kewajiban ditambah equitas pemilik. Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari biaya- biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu. Ratio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka –angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Ratio keuangan dapat dibagi menjadi ratio likuiditas, ratio solvabilitas, return on investment, Payback Period dan rentabilitas.
Terima kasih bahannya..
ReplyDelete