Thursday, July 26, 2012

IRT (Anatomi Organ Reproduksi)


BAB I
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak dengan materi anatomi organ reproduksi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 April 2012 jam 10.00-12.00 WIB di Laboratorium Ilmu Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
1.1.      Materi
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba dan babi, nampan untuk tempat preparat organ reproduksi, alat tulis untuk menggambar hasil pengamatan preparat organ.
1.2.      Metode
            Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu mengamati anatomi organ reproduksi jantan maupun betina pada sapi, domba dan babi. Menggambar anatomi, memberi keterangan, dan menjelaskan fungsi organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba, dan  babi. Mengamati perbedaan organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba, dan babi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Anatomi Organ Reproduksi diperoleh hasil pengamatan proses sebagai berikut :


 
1.1.   Anatomi Organ Reproduksi Ternak Jantan

1.1.1.  Testes

Testes merupakan organ kelamin jantan yang sangat penting karena memiliki fungsi yaitu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon androgen, hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1980), yang menyatakan bahwa Fungsi testes ada 2 yaitu menghasilkan sel benih jantan atau spermatozoa dan hormon - hormon jantan atau androgen. Ditambahkan oleh Noviana et al.,(2007) yang menyatakan bahwa Testes merupakan organ kelamin primer pada sistem reproduksi hewan jantan, karena di dalam organ inilah sel-sel kelamin jantan (spermatozoa) dihasilkan.spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli seminiferi melalui proses spermatogenesis pada saat hewan mencapai usia pubertas.
1.1.2.  Epididimis

Epididimis merupakan organ reproduksi jantan yang terletak setelah tetes, yang memiliki fungsi, transport, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma. Epididymis memiliki tiga bagian yaitu, caput (kepala), corpus (badan) dan cauda (ekor), hal ini sesuai dengan pendapat Noviana et al., (2007) yang menyatakn bahwa Epididymis berbentuk memanjang dan melekat erat pada testis dan dapat dibagi atas bagian kepala (caput), badan (corpus) dan ekor (cauda). Caput epididymis membentuk suatu dasar dari ujung proksimal testis dan membentuk huruf U, lebar caput semakin pipih dan mengecil menjadi bagian yang lurus yang memanjang yaitu bagian corpus. Corpus epididymis diteruskan menjadi bagian cauda yang menggantung di bagian distal testis. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa fungsi epididymis yaitu Transport, yaitu spermatozoa diangkut dari rele testes ke ductus effernts oleh tekanan cairan didalam testes. Konsentrasi, yaitu dari suspense sperma encer yang berasal dari testes dengan konsentrasi 25.000 – 350.000 sel/mm3, air direabsorbsi kedalam sel-sel epitel selama perjalanannya melalui epididymis caput dan ketika mencapai cauda konsentrasi suspense sperma menjadi 4.000.000 sel. Maturasi yaitu sperma menjadi matang dalam epididymis dan sisa sitoplasma berpindah dari pangkal kepala ke ujung bawah bagian tengah sperma. Penyimpanan yaitu menyimpan sperma, tepatnya di cauda epididymis. Partodihardjo (1980) berpendapat bahwa Duktus epididymis sejak dibagian kepala telah berkelok-kelok rapat sekali sehingga konsistensi epididymis terasa kenyal.

1.1.3.  Vas deferent
Vas deferens merupakan organ reproduksi yang menghubungkan epididymis dengan uretra, sehingga sel sperma yang sudah matang dapat diteruskan ke uretra. Tekstur vas deferens terasa padat, hal ini sesuai dengan pendapat Wodzicka et al., (1991) yang menyatakan bahwa Vas deferens merupakan sambungan langsung dari bagian ekor epididymis. Saluran ini lewat secara pararel menuju testis masuk ke spermatic cord dibagian tengah dan mesorchium dan melalui lubang inguinal terus ke lipatan genital peritoneum. Dinding vas deferent tebal dan berotot dengan lubang kecil sehingga terasa padat dan dapat diraba (lewat kulit) dibagian leher skrotum dan dapat diikat atau dipotong untuk membuat pejantan vasektomi. Ditambahkan oleh Toelihere  (1981) tang menyatakan bahwa Vas deferens merupakan saluran yang menghubungkan cauda epididymis dengan uretra.

1.1.4.  Uretra

Uretra merupakan organ reproduksi, yang berfungsi untuk jalannya semen menuju penis, dan sebagai jalannya urine, hal ini sesuai dengan pendapat wodzicka et al., (1991), yang menyatakan bahwa ureter berfungsi sekaligus sebagai saluran reproduksi dan saluran air kencing , dan lumennya dilapisi oleh sel epitel peralihan. Ditambahkan oleh Toelihere (1981), yang menyatakan bahwa uretra merupakan saluran ekskretori bersama untuk urin dan semen. Uretra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada  ujung glans sebagai orificum uretra eksternal. Uretra dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, bagian pelvis, bulbus uretra, dan penis.

1.1.5.  Penis

Penis merupakan organ kopulasi, yang berfungsi untuk menyemprotkan semen dan urine, hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa penis mempunyai 2 fungsi yaitu menyemprotkan semen kedalam alat reproduksi betina, untuk lewatnya urin. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa penis merupakan organ kopulatoris. Penis terdiri dari tiga bagian, yakni bagian akar ( crush penis), bagian badan ( corpus penis), dan  bagian kepala (gland penis).

1.2.  Perbedaan AOR ternak jantan pada Sapi, Kambing, Babi
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh perbedaan bentuk glan penis antara sapi, babi dan domba. Pada sapi berbentuk bulat memanjang, pada domba terdapat processus urethralis yang berfungsi untuk mendeposisikan semen tepat pada serviks, sedangkan pada babi glan penisnya berbentuk matabor. Bentuk matabor menyesuaikan bentuk serviks babi betina. Secara mikroskopik testis kambing dan domba berbentuk oval, memanjang, berkonsistensi kenyal dan terbungkus oleh kapsula yang berwarna putih mengkilap (tunica dartos) (noviana et all, 2007). Pada sapi, penis berbentuk bulat panjang dan bertipe fibro elastis artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan non-aktif atau non-erect. Tipe fibro elastis didapatkan pada babi, kerbau, sapi, kambing dan domba (Partodihardjo, 1980). Testis dibungkus oleh skrotum. Pada sapi dan domba, skrotum terlihat menggantung diantara paha belakang, tapi pada babi skrotumnya terletak di belakang paha dan dibawah anus. Skrotum domba relatif besar dan bulat panjang dengan leher terlihat jelas (Wodzicka et al., 1991).

1.3.Anatomi Organ Reproduksi Ternak Betina
1.3.1.   Ovarium
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ovari pada ternak yang diamati yaitu sapi, domba dan babi ovarinya di bagi atas 2 bagian utama. Ovarium berbentuk oval, pada sapi berbentuk kacang. Fungsi dari ovarium adalah menghasilkan telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Wodzicka et all., (1991) yang menyatakan bahwa ovari pada domba betina berbentuk oval dengan panjang kira-kira 1,5 cm. Ovari terdiri dari 2 bagian utama yaitu zona vaskular (medulla) dan zona parenkima. Partodihardjo (1980) Ovarium atau gonad merupakan bagian alat kelamin yang utama, ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali disebut induk telur. Ovarium sapi pada umumnya berbentuk oval besarnya kira-kira sebesar biji kacang tanah sampai sebesar buah pala. Diameternya 0,75 cm sampai 5 cm. Ovarium kanan umumnya lebih besar dari ovarium kiri yang disebabkan karena fisiologik ovarium kanan lebih aktif daripada yang kiri.
1.3.2.   Tuba falopii
            Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa tuba falopii atau oviduct tersebut berbentuk tabung yang berkelok-kelok apabila diluruskan panjangnya bisa mencapai lebih kurrang 15 cm, fungsi dari tuba falopii tersebut adalah tempat terjadinya pembuahan tempat bertemunya spermaozoa dan sel telur hal ini sesuai dengan pendapat Wodzicka et all., (1991) Tuba falopii atau oviduct ini berkelok-kelok sehingga kelihatannya lebih pendek dari panjang sebenarnya (kira-kira 15 cm). Oviduct terbagi menjadi 3 bagian infundubulum yang merupakan perluasan dari ujung ovarium , ampulla yang merupakan bagian tengan dari oviduct tempat terjadi pembuahan, isthmus yang merupakan bagian terakhir dari oviduct yang terbuka langsung ke bagian ujung runcing dari uterus. Partodihardjo (1980) menambahkan Saluran ini ada sepasang merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus. Bentuknya bulat, kecil, panjang dan berkelok-kelok. Ukuran panjang dan kelok-keloknya berbeda setiap hewan. Fungsi oviduct adalah menerima telur yang diovulasikan oleh ovarium, menerima spermatozoa dari uterus, mempertemukan ovum dan spermatozoa, dan menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke dalam uterus.
1.3.3.   Uterus
            Berdsarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa uterus pada ternak sapi, domba dan babi berbentuk tanduk, pada sapi dan domba bentuknya lebih pendek dibandingkan dengan babi. Uterus dibagi atas badan dan kornua, hal ini sesuai dengan pendapat Wodzicka et all., (1991) uterus terdiri atas bagian badan yang pendek (3-4 cm) dan dua kornua (tanduk) yang menggulung dengan panjang kira-kira 10 cm. Kedua kornua digabungkan beberapa sentimeter oleh suatu ligamentum sehingga bagian badan kelihatannya agak lebih panjang. Partodihardjo (1980) Uterus pada hewan kebanyakan terdiri atas sebuah korpus uteri dan 2 buah kornua uteri. Kornua umumnya berbentuk panjang lancip, hanya pada jenis kera dan manusia berbentuk pendek sekali atau beberapa pendapat mengatakan kornua pada bangsa primata tidak ada.
1.3.4.   Serviks
Berdsarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa serviks memiliki dinding yang sangat tebal teretak diujung uterus dan diujung vagina, pada serviks terdapat cairan yang berfungsi membantu jalannya spermatozoa. Fungsi dari serviks adalah menutup lumen uterus dari gangguan mikrobia, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Partodihardjo, (1980) yang menyatakan bahwa serviks adalah urat daging sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina jadi serviks dapat dianggap pintu masuk ke dalam uterus, karena dapat terbuka dan tertutup dan tergantung pada fase siklus birahi hewan. Fungsi serviks adalah terutama menutup lumen uterus sehingga tak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad mikroskopik maupun mikroskopik ke dalam uterus. Serviks mempunyai cairan serviks yang berfungsi memberi jalan dan arah bagi spermatozoa yang disemprotkan oleh penis dalam vagina. Spermatozoa akan berenang mengikuti asal arah cairan. Pada babi ujung penis sewaktu kopulasi menerobos masuk ke dalam lumen serviks karena vagina babi biasanya pendek  15 cm. Pada sapi serviks itu demikian meluasnya sehingga segera setelah fetus meninggalkan uterus sepintas lalu kita tidak dapat mengenal vagina, serviks atau uterus. Saliasbury (1985) Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis.
1.3.5.   Vagina
            Berdsarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diktahui bahwa vagina berada didalam pelvis, pada ternak betina normal akan terjadi perubahan pada saat birahi hal ini sesuai degan pendapat Wodzicka et all., (1991) vagina terletak di dalam pelvis Partodihardjo, (1980) Hewan betina yang nomal dan tidak bunting , epitel mukosa vaginanya secara periodik berubah. Perubahan ini berada di bawah pengaruh hormon yang disekresikan oleh ovarium.
1.3.6.   Vulva
            Berdsarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa vulva berada pada bagian paling luar organ reproduksi ternak betina pada vulva terdapat bulu-bulu halus, vulva berfungsi sebagai tempat tempat masuknya penis ternak jantan, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wodzicka et all., (1991) labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga lubang luar saluran reproduksi. Pada domba commisure dorsal nya agak membulat, sedangkan dari bagian ventral labia diteruskan sebagai tonjolan di tengah-tengah. Saliasbury, (1985) vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar. Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat di bawah anus.

1.4. Perbedaan AOR ternak betina pada Sapi, Kambing, Babi
            Uterus pada sapi,babi dan domba perbedaannya terletak pada ukurannya. Ukuran  uterus pada babi lebih panjang diabndingkan dengan sapi dan domba, sehingga babi dapat beranak lebih banyak dalam sekali melahirkan. Menurut Hafez (1972) Sapi dan domba memiliki tipe uterus bipartitus. dangkal tubuh rahim pada sapi dan domba tampak lebih besar daripada sebenarnya bisa karena bagian-bagian ekor dari tanduk terikat bersama oleh ligamentum intercounal. Pada ruminansia, tanduk uterus secara khusus berkembang dengan baik karena ini adalah di mana janin berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk spiral. Pada sapi, spiral ini berbentuk seperti cincin dan terdiri dari empat buah. Sedangkan pada Babi bentuknya seperti pembuka botol (setengah spiral). Menurut Hafez (1972) struktur serviks berbeda secara rinci antara mamalia pertanian, dinding ditandai dengan berbagai keunggulan. Pada ruminansia ini adalah dalam bentuk pegunungan melintang atau spiral saling dikenal sebagai cincin melingkar, yang berkembang untuk berbagai degress pada spesies yang berbeda. Mereka terutama menonjol dalam sapi (4 cincin) dan domba, di mana mereka masuk ke dalam setiap dekat otherto serviks aman. Pada babi Betina, cincin ini berada di pengaturan pembuka botol yang disesuaikan dengan memutar spiral ujung penis babi hutan itu. Ovarium pada sapi, domba dan babi berbeda darri segi bentuknya. Bentuk ovarium sapi dan domba berbentuk seperti kacang almond, sedangkan pada babi seperti anggur. Menurut Hafez (1972) ovarium, tidak seperti testis, tetap dalam rongga perut. Ini performans kedua eksokrin dan sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium spesies withnthe kedua dan tahap siklus estrus. Pada sapi dan domba ovarium ini berbentuk almond. Pada babi ovarium menyerupai sekelompok anggur, folikel nyata menonjol dan corpora lutea.

DAFTAR PUSTAKA

Toilehere, M. R. 1981.Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung
Saliasbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wodzicka, M, I.K. Sutama, I. G. Putu, T.G. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah laku dan Produksi Ternak Di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, jakarta

E.S.E.Hafez. 1972. Reproduction in Farm Animal (second edition). Washington State University Pullman, Washington.

No comments:

Post a Comment