BAB
I
ANATOMI
ORGAN REPRODUKSI
MATERI
DAN METODE
Praktikum
Ilmu Reproduksi Ternak dengan materi anatomi organ reproduksi dilaksanakan pada
hari Kamis tanggal 19 April 2012 jam 10.00-12.00 WIB di Laboratorium Ilmu
Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Semarang.
1.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba dan babi, nampan
untuk tempat preparat organ reproduksi, alat tulis untuk menggambar hasil
pengamatan preparat organ.
1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu mengamati anatomi organ reproduksi jantan maupun betina
pada sapi, domba dan babi. Menggambar anatomi, memberi keterangan, dan
menjelaskan fungsi organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba,
dan babi. Mengamati perbedaan organ
reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba, dan babi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum Anatomi Organ Reproduksi diperoleh hasil pengamatan
proses sebagai berikut :
1.1. Anatomi Organ Reproduksi Ternak Jantan
1.1.1.
Testes
Testes merupakan organ
kelamin jantan yang sangat penting karena memiliki fungsi yaitu menghasilkan
sel kelamin jantan (sperma) dan hormon androgen, hal ini sesuai dengan pendapat
Partodihardjo (1980), yang menyatakan bahwa Fungsi testes ada 2 yaitu menghasilkan
sel benih jantan atau spermatozoa dan hormon - hormon jantan atau androgen.
Ditambahkan oleh Noviana et al.,(2007)
yang menyatakan bahwa Testes merupakan organ kelamin primer pada sistem
reproduksi hewan jantan, karena di dalam organ inilah sel-sel kelamin jantan
(spermatozoa) dihasilkan.spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli seminiferi
melalui proses spermatogenesis pada saat hewan mencapai usia pubertas.
1.1.2.
Epididimis
Epididimis merupakan
organ reproduksi jantan yang terletak setelah tetes, yang memiliki fungsi,
transport, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma. Epididymis memiliki
tiga bagian yaitu, caput (kepala), corpus (badan) dan cauda (ekor), hal ini
sesuai dengan pendapat Noviana et al.,
(2007) yang menyatakn bahwa Epididymis berbentuk memanjang dan melekat erat
pada testis dan dapat dibagi atas bagian kepala (caput), badan (corpus) dan
ekor (cauda). Caput epididymis membentuk suatu dasar dari ujung proksimal
testis dan membentuk huruf U, lebar caput semakin pipih dan mengecil menjadi
bagian yang lurus yang memanjang yaitu bagian corpus. Corpus epididymis
diteruskan menjadi bagian cauda yang menggantung di bagian distal testis.
Ditambahkan oleh Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa fungsi epididymis yaitu
Transport, yaitu spermatozoa diangkut dari rele testes ke ductus effernts oleh
tekanan cairan didalam testes. Konsentrasi, yaitu dari suspense sperma encer
yang berasal dari testes dengan konsentrasi 25.000 – 350.000 sel/mm3,
air direabsorbsi kedalam sel-sel epitel selama perjalanannya melalui epididymis
caput dan ketika mencapai cauda konsentrasi suspense sperma menjadi 4.000.000
sel. Maturasi yaitu sperma menjadi matang dalam epididymis dan sisa sitoplasma
berpindah dari pangkal kepala ke ujung bawah bagian tengah sperma. Penyimpanan
yaitu menyimpan sperma, tepatnya di cauda epididymis. Partodihardjo (1980)
berpendapat bahwa Duktus epididymis sejak dibagian kepala telah berkelok-kelok rapat
sekali sehingga konsistensi epididymis terasa kenyal.
1.1.3.
Vas deferent
Vas deferens
merupakan organ reproduksi yang menghubungkan epididymis dengan uretra,
sehingga sel sperma yang sudah matang dapat diteruskan ke uretra. Tekstur vas
deferens terasa padat, hal ini sesuai dengan pendapat Wodzicka et al., (1991) yang menyatakan bahwa Vas
deferens merupakan sambungan langsung dari bagian ekor epididymis. Saluran ini
lewat secara pararel menuju testis masuk ke spermatic
cord dibagian tengah dan mesorchium dan
melalui lubang inguinal terus ke lipatan genital peritoneum. Dinding vas
deferent tebal dan berotot dengan lubang kecil sehingga terasa padat dan dapat
diraba (lewat kulit) dibagian leher skrotum dan dapat diikat atau dipotong
untuk membuat pejantan vasektomi. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) tang menyatakan bahwa Vas deferens
merupakan saluran yang menghubungkan cauda epididymis dengan uretra.
1.1.4.
Uretra
Uretra
merupakan organ reproduksi, yang berfungsi untuk jalannya semen menuju penis,
dan sebagai jalannya urine, hal ini sesuai dengan pendapat wodzicka et al.,
(1991), yang menyatakan bahwa ureter berfungsi sekaligus sebagai saluran
reproduksi dan saluran air kencing , dan lumennya dilapisi oleh sel epitel
peralihan. Ditambahkan oleh Toelihere (1981), yang menyatakan bahwa uretra
merupakan saluran ekskretori bersama untuk urin dan semen. Uretra membentang
dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada
ujung glans sebagai orificum uretra eksternal. Uretra dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu, bagian pelvis, bulbus uretra, dan penis.
1.1.5.
Penis
Penis
merupakan organ kopulasi, yang berfungsi untuk menyemprotkan semen dan urine,
hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa penis
mempunyai 2 fungsi yaitu menyemprotkan semen kedalam alat reproduksi betina,
untuk lewatnya urin. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa
penis merupakan organ kopulatoris. Penis terdiri dari tiga bagian, yakni bagian
akar ( crush penis), bagian badan ( corpus penis), dan bagian kepala (gland penis).
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh perbedaan bentuk glan penis antara sapi, babi dan domba. Pada sapi
berbentuk bulat memanjang, pada domba terdapat processus urethralis yang
berfungsi untuk mendeposisikan semen tepat pada serviks, sedangkan pada babi
glan penisnya berbentuk matabor. Bentuk matabor menyesuaikan bentuk serviks
babi betina. Secara mikroskopik testis kambing dan domba
berbentuk oval, memanjang, berkonsistensi kenyal dan terbungkus oleh kapsula
yang berwarna putih mengkilap (tunica dartos) (noviana et all, 2007). Pada sapi, penis berbentuk bulat panjang dan bertipe fibro elastis
artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan
non-aktif atau non-erect. Tipe fibro elastis didapatkan pada babi, kerbau,
sapi, kambing dan domba (Partodihardjo, 1980). Testis dibungkus oleh skrotum.
Pada sapi dan domba, skrotum terlihat menggantung diantara paha belakang, tapi
pada babi skrotumnya terletak di belakang paha dan dibawah anus. Skrotum domba
relatif besar dan bulat panjang dengan leher terlihat jelas (Wodzicka et al., 1991).
1.3.Anatomi Organ
Reproduksi Ternak Betina
1.3.1.
Ovarium
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ovari pada ternak
yang diamati yaitu sapi, domba dan babi ovarinya di bagi atas 2 bagian utama.
Ovarium berbentuk oval, pada sapi berbentuk kacang. Fungsi dari ovarium adalah
menghasilkan telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Wodzicka et all., (1991) yang menyatakan bahwa ovari
pada domba betina berbentuk oval dengan panjang kira-kira 1,5 cm. Ovari terdiri
dari 2 bagian utama yaitu zona vaskular (medulla) dan zona parenkima.
Partodihardjo (1980) Ovarium atau gonad merupakan bagian alat kelamin yang
utama, ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia
seringkali disebut induk telur. Ovarium sapi pada umumnya berbentuk oval
besarnya kira-kira sebesar biji kacang tanah sampai sebesar buah pala.
Diameternya 0,75 cm sampai 5 cm. Ovarium kanan umumnya lebih besar dari ovarium
kiri yang disebabkan karena fisiologik ovarium kanan lebih aktif daripada yang
kiri.
1.3.2. Tuba falopii
Berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa tuba falopii atau oviduct tersebut
berbentuk tabung yang berkelok-kelok apabila diluruskan panjangnya bisa
mencapai lebih kurrang 15 cm, fungsi dari tuba falopii tersebut adalah tempat
terjadinya pembuahan tempat bertemunya spermaozoa dan sel telur hal ini sesuai
dengan pendapat Wodzicka et all.,
(1991) Tuba falopii atau oviduct ini berkelok-kelok sehingga kelihatannya lebih
pendek dari panjang sebenarnya (kira-kira 15 cm). Oviduct terbagi menjadi 3
bagian infundubulum yang merupakan perluasan dari ujung ovarium , ampulla yang
merupakan bagian tengan dari oviduct tempat terjadi pembuahan, isthmus yang
merupakan bagian terakhir dari oviduct yang terbuka langsung ke bagian ujung
runcing dari uterus. Partodihardjo (1980) menambahkan Saluran ini ada sepasang
merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus. Bentuknya bulat,
kecil, panjang dan berkelok-kelok. Ukuran panjang dan kelok-keloknya berbeda
setiap hewan. Fungsi oviduct adalah menerima telur yang diovulasikan oleh
ovarium, menerima spermatozoa dari uterus, mempertemukan ovum dan spermatozoa,
dan menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke dalam uterus.
1.3.3. Uterus
Berdsarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa uterus pada ternak sapi,
domba dan babi berbentuk tanduk, pada sapi dan domba bentuknya lebih pendek
dibandingkan dengan babi. Uterus dibagi atas badan dan kornua, hal ini sesuai
dengan pendapat Wodzicka et all.,
(1991) uterus terdiri atas bagian badan yang pendek (3-4 cm) dan dua kornua
(tanduk) yang menggulung dengan panjang kira-kira 10 cm. Kedua kornua
digabungkan beberapa sentimeter oleh suatu ligamentum sehingga bagian badan
kelihatannya agak lebih panjang. Partodihardjo (1980) Uterus pada hewan
kebanyakan terdiri atas sebuah korpus uteri dan 2 buah kornua uteri. Kornua
umumnya berbentuk panjang lancip, hanya pada jenis kera dan manusia berbentuk
pendek sekali atau beberapa pendapat mengatakan kornua pada bangsa primata
tidak ada.
1.3.4. Serviks
Berdsarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa serviks memiliki dinding yang sangat
tebal teretak diujung uterus dan diujung vagina, pada serviks terdapat cairan
yang berfungsi membantu jalannya spermatozoa. Fungsi dari serviks adalah
menutup lumen uterus dari gangguan mikrobia, hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Partodihardjo, (1980) yang menyatakan bahwa serviks
adalah urat daging sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina jadi
serviks dapat dianggap pintu masuk ke dalam uterus, karena dapat terbuka dan
tertutup dan tergantung pada fase siklus birahi hewan. Fungsi serviks adalah
terutama menutup lumen uterus sehingga tak memberi kemungkinan untuk masuknya
jasad mikroskopik maupun mikroskopik ke dalam uterus. Serviks mempunyai cairan
serviks yang berfungsi memberi jalan dan arah bagi spermatozoa yang
disemprotkan oleh penis dalam vagina. Spermatozoa akan berenang mengikuti asal
arah cairan. Pada babi ujung penis sewaktu kopulasi menerobos masuk ke dalam
lumen serviks karena vagina babi biasanya pendek 15 cm. Pada sapi serviks itu demikian
meluasnya sehingga segera setelah fetus meninggalkan uterus sepintas lalu kita
tidak dapat mengenal vagina, serviks atau uterus. Saliasbury (1985) Serviks
merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10
cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan
dengan vagina yang berdinding tipis.
1.3.5. Vagina
Berdsarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diktahui bahwa vagina berada
didalam pelvis, pada ternak betina normal akan terjadi perubahan pada saat
birahi hal ini sesuai degan pendapat Wodzicka et all., (1991) vagina terletak di dalam pelvis Partodihardjo,
(1980) Hewan betina yang nomal dan tidak bunting , epitel mukosa vaginanya
secara periodik berubah. Perubahan ini berada di bawah pengaruh hormon yang
disekresikan oleh ovarium.
1.3.6. Vulva
Berdsarkan hasil pengamatan dapat
diketahui bahwa vulva berada pada bagian paling luar organ reproduksi ternak
betina pada vulva terdapat bulu-bulu halus, vulva berfungsi sebagai tempat
tempat masuknya penis ternak jantan, hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Wodzicka et all.,
(1991) labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga lubang luar
saluran reproduksi. Pada domba commisure dorsal nya agak membulat, sedangkan
dari bagian ventral labia diteruskan sebagai tonjolan di tengah-tengah.
Saliasbury, (1985) vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar. Lubang luar
alat reproduksi sapi betina berada tepat di bawah anus.
1.4. Perbedaan AOR ternak betina
pada Sapi, Kambing, Babi
Uterus
pada sapi,babi dan domba perbedaannya terletak pada ukurannya. Ukuran uterus pada babi lebih panjang diabndingkan
dengan sapi dan domba, sehingga babi dapat beranak lebih banyak dalam sekali
melahirkan. Menurut Hafez (1972) Sapi
dan domba memiliki tipe uterus bipartitus. dangkal tubuh rahim pada sapi
dan domba tampak lebih besar
daripada sebenarnya bisa karena bagian-bagian ekor dari tanduk terikat
bersama oleh ligamentum intercounal. Pada
ruminansia, tanduk uterus secara khusus berkembang
dengan baik karena ini adalah di
mana janin berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk
spiral. Pada sapi, spiral ini berbentuk seperti cincin dan terdiri dari empat
buah. Sedangkan pada Babi bentuknya seperti pembuka botol (setengah spiral). Menurut Hafez (1972)
struktur serviks berbeda secara rinci antara
mamalia pertanian, dinding ditandai dengan berbagai keunggulan. Pada ruminansia
ini adalah dalam bentuk pegunungan melintang atau
spiral saling dikenal
sebagai cincin melingkar,
yang berkembang untuk berbagai degress
pada spesies yang berbeda. Mereka
terutama menonjol dalam sapi
(4 cincin) dan
domba, di mana mereka masuk ke dalam
setiap dekat otherto
serviks aman. Pada babi Betina, cincin ini
berada di pengaturan pembuka
botol yang disesuaikan dengan
memutar spiral ujung
penis babi hutan itu. Ovarium pada sapi, domba dan babi berbeda darri segi
bentuknya. Bentuk ovarium sapi dan domba berbentuk seperti kacang almond,
sedangkan pada babi seperti anggur. Menurut Hafez (1972) ovarium,
tidak seperti testis, tetap dalam rongga
perut. Ini performans
kedua eksokrin dan
sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium
spesies withnthe kedua
dan tahap siklus estrus.
Pada sapi dan domba ovarium ini berbentuk
almond. Pada babi
ovarium menyerupai sekelompok anggur, folikel
nyata menonjol dan
corpora lutea.
DAFTAR
PUSTAKA
Toilehere, M. R. 1981.Fisiologi
Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung
Saliasbury, G.M. 1985. Fisiologi
Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Wodzicka, M, I.K. Sutama, I. G. Putu,
T.G. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah laku dan Produksi Ternak Di Indonesia.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi
Hewan. Mutiara, jakarta
E.S.E.Hafez.
1972. Reproduction in Farm Animal (second edition). Washington State University
Pullman, Washington.
No comments:
Post a Comment