Thursday, July 19, 2012

Laporan IRT (kebuntingan)


BAB I
MATERI DAN METODE
            Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak dilaksanakan pada hari Selasa 15 Mei 2012 pukul 14.30 – 16.00  WIB di Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

1.1.  Materi
            Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah tabung reaksi untuk tempat uji urin, rak tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi, alat tulis untuk mencatat hasil yang didapat. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu urin dari sapi betina yang bunting maupun yang tidak bunting, larutan pendahuluan untuk mengetahui adanya suspensi atau tidak, serta larutan penegas untuk mempertegas kembali apakah urin sapi tersebut berasal dari tenak sapi yang bunting atau tidak. Larutan penegas dan pendahuluan ini terdapat dalam satu paket produk DEEA GestTDect

1.2.   Metode
            Metode yang pertama kali dilakukan adalah menampung urin ternak betina yang bunting maupun yang tidak. Memindahkan urin yang didapat ke tabung reaksi sebanyak 3 ml untuk  tiap sample urin. Meneteskan larutan pendahuluan sebanyak 2 sampai 3 tetes sambil mengamati terbentuk endapan coklat atau tidak. Menambahkan larutan penegas sebanyak 5 tetes untuk lebih mempertegas lagi hasil yang didapat setelah meneteskan larutan pendahuluan. Hasil menjadi positif jika larutan membentuk suspensi hitam kecoklatan saat meneteskan larutan pendahuluan dan membentuk endapan kecoklatan ketika meneteskan larutan penegas kedalam urin, serta membentuk tiga lapisan yaitu suspensi, larutan jernih dan endapan. Hasil  menjadi negatif jika tidak membentuk suspensi ataupun endapan didalam urin. Setelah itu, mencatat hasil yang didapat dengan alat tulis.
 
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
  4.1.    Urin Ternak
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Analisis Kebuntingan diperoleh hasil sebagai berikut :



 
Berdasarkan pengamatan terhadap praktikum uji kebuntingan, urin A dinyatakan positif bunting, sedangkan urin B hasilnya negatif. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya tiga lapisan pada urin A yaitu : suspensi coklat kehitaman, larutan jernih dan endapan. Sedangkan pada urin B, larutan penegas dengan larutan pendahuluan menjadi homogen dan tidak adanya endapan. Uji positif diperoleh dari estrogen yang didegradasikan ke urin menjadi estradiol 17α dan estradiol 17β, dimana keduanya mengandung ion fenol. Larutan pendahuluan dan penegas yang terdapat dalam produk DEEA GestDect berikatan dengan ion fenol yang ada sehingga membentuk endapan. Sesuai dengan Samsudewa et al. (2008) yang menyatakan bahwa pemeriksaan kebuntingan DEEA GestDect mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kebuntingan  selama 2 minggu, apabila terbentuk suspensi coklat kekuningan berarti ternak kemungkinan positif bunting namun apabila terbentuk larutan homogen maka ternak kemungkinan negatif bunting yang pada saat pengujian dengan larutan penegas terbentuk endapan berarti ternak positif bunting sedangkan larutan tetap menunjukkan hasil homogen maka ternak negatif bunting. Ditambahkan oleh Samsudewa et al. (2003) bahwa salah satu diagnosa atau pemeriksaan kebuntingan ternak secara hormonal dilakukan dengan penggunaan FeCl3 dan (NH4)6 Mo7 O24. 4 H2O yang digunakan untuk mengamati ada atau tidaknya ikatan ion fenol yang mencirikan adanya estrogen dalam urin.  Menurut Pendapat Wasser et al. (1994) menyatakan bahwa pada saat kebuntingan ekskresi estrogen melalui urine mempunyai grafik yang meningkat mulai dari kebuntingan awal hingga mendekati kelahiran akan kembali mengalami penurunan

DAFTAR PUSTAKA
Samsudewa, D., A. Lukman., E. Sugianto dan E.T. Setiatin. 2008. Uji Konsistensi,           Akurasi dan     Sensitivitas Deteksi Kebuntingan Ternak Deea Gestdect 
            pada    Sapi. Animal Production         (10:12-15). Universitas Diponegoro.
            Semarang.

Samsudewa, D. A. Lukman dan E. Sugianto. 2003. Identifikasi Ion Fenol dalam   Urine Sebagai Alternatif metode Deteksi Kebuntingan Ternak. Lomba
             Karya             Inovatif  Mahasiswa 2003. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wasser, S.K., S.L. Monfort, J. Shouters and D.E.Wildt. 1994.  
             Excretion rates and metabolites of oestradiol and progesterone in Baboon
             (Papio cynocephalus cynocephalus). J.Reproduction and Fertility 101:
             213 – 220.

No comments:

Post a Comment