Thursday, July 19, 2012

Laporan BPFR (tanpa lampiran)


BAB I
PENDAHULUAN 
Pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang dibutuhkan oleh ternak serta tidak membahayakan untuk ternak. Analisis proksimat merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi kimia dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam fraksi yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN). Analisis proksimat dulu dikenal dengan analisis Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati sempurna.
            Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum bertujuan untuk menganalisis proksimat, mengetahui kandungan nutrisi dalam sampel bahan pakan. Manfaat praktikum analisis proksimat adalah mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN) dari bahan pakan yaitu tepung jagung kuning.



BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.            Hasil Praktikum
Berdasarkan hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tepung Jagung kuning
Kandungan Nutrisi
Hasil Praktikum*
Literatur**
BK

Kadar Air
14,77%
14%
Kadar Abu
1,88%
1,9%
Kadar Serat Kasar
1,63%
2,61%
Kadar Lemak Kasar
Kadar Protein Kasar
7,775%
7,35%
6,9%
7,9%
Kadar BETN
81,365%
80,8%
Sumber : *Data Primer Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum, 2010.
                 **Hartadi et.al., 1993.


2.2.            Pembahasan
2.2.1.      Kadar Air
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada kadar air hasil analisis tepung Jagung kuning adalah 14,77% dalam bahan kering 85,23%. Hal ini menunjukkan hasil yang sesuai Hartadi et al. (1993) bahwa kadar air dalam Tepung Jagung kuning dalam 86% BK adalah 14%. Kadar air dari suatu bahan pakan dapat menentukan kadar bahan keringnya. Soelistyono (1976) menambahkan bahwa kadar bahan kering dalam pakan dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persen air yang dipengaruhi oleh umur tanaman.
2.2.2.      Kadar Abu
Berdasarkan hasil praktikum kadar abu dari Tepung Jagung kuning adalah 1,88%. Hasil tersebut sama dengan pendapat Hartadi et al. (1993) yang menyatakan bahwa kadar abu Tepung Jagung kuning adalah 1,9%. Kadar abu didapatkan dengan memijarkan pada suhu 400-600 oC. Hasil kadar abu yang berbeda kurang berpengaruh pada kandungan gizi. Menurut Tillman et al. (1998) bahwa komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai gizi yang penting melainkan hanya menentukan perhitungan BETN. Jika dilihat kadar abu yang tinggi kemungkinan bahan dasar Tepung Jagung kuning tersebut banyak mengandung mineral.

2.2.3.      Kadar Serat Kasar
Berdasarkan hasil analisis kadar serat kasar Tepung Jagung kuning adalah 1,63%. Hasil tersebut lebih kecil daripada hasil literatur. Menurut pendapat yang dikemukakan Hartadi et al. (1993) bahwa kadar serat kasar Tepung Jagung kuning adalah 2,61%.
Keadaan ini dapat terjadi karena kemungkinan Tepung Jagung kuning bercampur dengan tomgkolnya atau jagung masih terlalu muda, sehingga pada saat dilakukan analisis kadar serat kasar hasilnya rendah. Hal ini dijelaskan oleh Afrianto dan Liviawaty (2005) bahwa komposisi Tepung Jagung kuning juga tergantung pada bentuk dan kualitas bahan baku yang digunakan. Namun selain itu serat kasar juga memiliki keuntungan pada pencernaan. Menurut Rasyaf (1994) bahwa serat kasar berfungsi sebagai perangsang gerak peristaltik saluran pencernaan, media mikroba pada usus buntu dan memberikan rasa kenyang.

2.2.4.      Kadar Lemak Kasar
Berdasarkan hasil analisis praktikum kadar lemak kasar Tepung Jagung kuning adalah 7,775%. Penentuan hasil kadar lemak kasar diperoleh dengan cara mengekstak bahan pakan tersebut. Hasil kadar tersebut sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1993) yang menyatakan bahwa kadar lemak kasar Tepung Jagung kuning sebesar 8,0%. Hal ini dijelaskan oleh Tillman et al. (1998) yang menyatakan bahwa kadar lemak pada analisis proksimat ditentukan dengan jalan mengekstraksi bahan pakan dengan pelarut dietyl ether. Ditambahkan pendapat Anggorodi (1990) bahwa kadar lemak kasar merupakan campuran dari beberapa senyawa yang larut dalam senyawa pelarut lemak.

2.2.5.      Kadar Protein Kasar
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum didapatkan kadar protein dari Tepung Jagung kuning adalah 7,35%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hartadi et al. (1993) bahwa kadar protein Tepung Jagung kuning adalah 7,9%. Sedikit perbedaan hasil analisis ini kemungkinan dapat terjadi karena perbedaan jenis jagung, umur jagung, dan senyawa kimia yang menyusun jagung. Dijelaskan oleh Anggorodi (1990) bahwa timgkat kedewasaan adalah faktor yang mempengaruhi nilai gizi. Kadar protein kasar bahan pakan ditentukan berdasarkan kadar N bahan pakan kemudian dikalikan dengan 6,25%.
2.2.6.      Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kadar bahan ekstak tanpa nitrogen (BETN) Tepung Jagung kuning adalah 81,365%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Hartadi et al. (1993) yang menyatakan bahwa kadar BETN Tepung Jagung kuning adalah 80,8%. Kandungan BETN ini ditentukan oleh kandungan abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar. Hal ini sesuai dengan Tillman et al. (1998) yang menyatakan bahwa BETN diketahui kadarnya dengan mengurangi bahan kering dengan kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar dalam bahan kering.  Berarti faktor yang menentukan jumlah BETN adalah nilai dari kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar dalam bahan kering.
 
BAB III
KESIMPULAN
3.1       Kesimpulan
Tepung Jagung kuning merupakan bahan makanan sumber energi karena mengandung sedikit serat kasar yaitu kurang dari 18% dan protein kasar yang kurang dari 20% serta berasal dari biji-bijian. Hasil analisis dari sampel Tepung Jagung kuning memperoleh kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, dan kadar serat kasar yang tidak jauh berbeda dengan literatur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Tepung Jagung kuning tersebut dapat dikatakan memenuhi kebutuhan standar ternak.

3.2       Saran
Telah diketahui bahwa analisis proksimat masih memiliki banyak kelemahan, maka dari itu perlu juga dilakukan uji van soest dalam praktikum ini agar dalam pengujian suatu bahan pakan dapat diketahui kandungan bahan pakannya secara detail.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto,E. dan  Evi Liviawaty. 2005. Pengawetan Dan Pengolahan Pakan. Kanisius. Yogyakarta.

Anggorodi.  1990.  Ilmu Makanan Ternak Umum.  Cetakan II.  PT Gramedia, Jakarta.

Hartadi, S.Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo,  Tillman, A.D,H. S. Lebdosoekojo. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.  Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1994. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.

Soelistyono, H.S.  1976.  Ilmu Bahan Makanan Ternak.  Diponegoro University, Semarang.

Tillman, A. D, H, Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo,                        S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.  Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

1 comment:

  1. sabung ayam online s1288 dan sv388 terbesar se indonesia
    Daftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website bolavita1.com
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    ReplyDelete