BAB I
PENDAHULUAN
Pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang dimakan hewan
atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang
dibutuhkan oleh ternak serta tidak membahayakan untuk ternak. Analisis
proksimat merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi
kimia dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam
fraksi yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar,
kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN). Analisis proksimat dulu dikenal dengan
analisis Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati sempurna.
Praktikum bahan pakan dan formulasi
ransum bertujuan untuk menganalisis proksimat, mengetahui kandungan nutrisi
dalam sampel bahan pakan. Manfaat praktikum analisis proksimat adalah
mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar
serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa Nitrogen (BETN) dari bahan pakan yaitu
tepung jagung kuning.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.
Hasil Praktikum
Berdasarkan hasil praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tepung Jagung
kuning
Kandungan Nutrisi
|
Hasil Praktikum*
|
Literatur**
|
BK
|
|
|
Kadar Air
|
14,77%
|
14%
|
Kadar Abu
|
1,88%
|
1,9%
|
Kadar Serat
Kasar
|
1,63%
|
2,61%
|
Kadar Lemak
Kasar
Kadar Protein Kasar
|
7,775%
7,35%
|
6,9%
7,9%
|
Kadar BETN
|
81,365%
|
80,8%
|
Sumber : *Data Primer Praktikum Bahan Pakan
Formulasi Ransum, 2010.
**Hartadi
et.al., 1993.
2.2.
Pembahasan
2.2.1.
Kadar Air
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada kadar air hasil analisis tepung
Jagung kuning adalah 14,77% dalam bahan kering 85,23%. Hal ini menunjukkan
hasil yang sesuai Hartadi et al. (1993) bahwa kadar air dalam Tepung
Jagung kuning dalam 86% BK adalah 14%. Kadar air dari suatu bahan pakan dapat menentukan kadar bahan keringnya.
Soelistyono (1976) menambahkan bahwa kadar bahan kering dalam pakan dihitung
sebagai selisih antara 100% dengan persen air yang dipengaruhi oleh umur
tanaman.
2.2.2.
Kadar Abu
Berdasarkan hasil praktikum kadar abu dari Tepung Jagung kuning adalah 1,88%.
Hasil tersebut sama dengan pendapat Hartadi et al. (1993) yang
menyatakan bahwa kadar abu Tepung Jagung kuning adalah 1,9%. Kadar abu
didapatkan dengan memijarkan pada suhu 400-600 oC. Hasil kadar abu yang berbeda kurang
berpengaruh pada kandungan gizi. Menurut Tillman et al. (1998) bahwa
komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai gizi yang penting
melainkan hanya menentukan perhitungan BETN. Jika dilihat kadar abu yang tinggi
kemungkinan bahan dasar Tepung Jagung kuning tersebut banyak mengandung
mineral.
2.2.3.
Kadar Serat Kasar
Berdasarkan hasil analisis kadar serat kasar Tepung Jagung kuning adalah
1,63%. Hasil tersebut lebih kecil daripada hasil literatur. Menurut pendapat
yang dikemukakan Hartadi et al. (1993) bahwa kadar serat kasar Tepung
Jagung kuning adalah 2,61%.
Keadaan ini dapat terjadi karena kemungkinan Tepung Jagung kuning bercampur
dengan tomgkolnya atau jagung masih terlalu muda, sehingga pada saat dilakukan
analisis kadar serat kasar hasilnya rendah. Hal ini dijelaskan oleh Afrianto
dan Liviawaty (2005) bahwa komposisi Tepung Jagung kuning juga tergantung pada
bentuk dan kualitas bahan baku yang digunakan. Namun selain itu serat kasar
juga memiliki keuntungan pada pencernaan. Menurut Rasyaf (1994) bahwa serat
kasar berfungsi sebagai perangsang gerak peristaltik saluran pencernaan, media
mikroba pada usus buntu dan memberikan rasa kenyang.
2.2.4.
Kadar Lemak Kasar
Berdasarkan hasil analisis praktikum kadar lemak kasar Tepung Jagung kuning
adalah 7,775%. Penentuan hasil kadar lemak kasar diperoleh dengan cara
mengekstak bahan pakan tersebut. Hasil kadar tersebut sesuai dengan pendapat
Hartadi et al. (1993) yang menyatakan bahwa kadar lemak kasar Tepung
Jagung kuning sebesar 8,0%. Hal ini dijelaskan oleh Tillman et al. (1998)
yang menyatakan bahwa kadar lemak pada analisis proksimat ditentukan dengan
jalan mengekstraksi bahan pakan dengan pelarut dietyl ether. Ditambahkan
pendapat Anggorodi (1990) bahwa kadar lemak kasar merupakan
campuran dari beberapa senyawa yang larut dalam senyawa pelarut lemak.
2.2.5.
Kadar Protein Kasar
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum didapatkan kadar protein dari Tepung
Jagung kuning adalah 7,35%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Hartadi et al. (1993) bahwa kadar protein Tepung Jagung kuning
adalah 7,9%. Sedikit perbedaan hasil analisis ini kemungkinan dapat terjadi
karena perbedaan jenis jagung, umur jagung, dan senyawa kimia yang menyusun
jagung. Dijelaskan oleh Anggorodi (1990) bahwa timgkat kedewasaan adalah faktor
yang mempengaruhi nilai gizi. Kadar protein kasar bahan pakan ditentukan
berdasarkan kadar N bahan pakan kemudian dikalikan dengan 6,25%.
2.2.6.
Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kadar bahan ekstak tanpa nitrogen
(BETN) Tepung Jagung kuning adalah 81,365%. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan Hartadi et al. (1993) yang menyatakan bahwa kadar BETN Tepung
Jagung kuning adalah 80,8%. Kandungan BETN ini ditentukan oleh kandungan abu,
protein kasar, lemak kasar dan serat kasar. Hal ini sesuai dengan Tillman et
al. (1998) yang menyatakan bahwa BETN diketahui kadarnya dengan mengurangi
bahan kering dengan kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar
dalam bahan kering. Berarti faktor yang
menentukan jumlah BETN adalah nilai dari kadar air, abu, protein kasar, lemak
kasar dan serat kasar dalam bahan kering.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Tepung Jagung kuning merupakan bahan makanan sumber energi karena mengandung
sedikit serat kasar yaitu kurang dari 18% dan protein kasar yang kurang dari
20% serta berasal dari biji-bijian. Hasil analisis dari sampel Tepung Jagung
kuning memperoleh kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar protein kasar,
dan kadar serat kasar yang tidak jauh berbeda dengan literatur. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Tepung Jagung kuning tersebut dapat dikatakan memenuhi kebutuhan
standar ternak.
3.2 Saran
Telah
diketahui bahwa analisis proksimat masih memiliki banyak kelemahan, maka dari
itu perlu juga dilakukan uji van soest dalam praktikum ini agar dalam pengujian
suatu bahan pakan dapat diketahui kandungan bahan pakannya secara detail.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto,E. dan Evi Liviawaty. 2005. Pengawetan Dan
Pengolahan Pakan. Kanisius.
Yogyakarta.
Anggorodi. 1990.
Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan
II. PT Gramedia, Jakarta.
Hartadi, S.Reksohadiprojo, S.
Prawirokusumo, Tillman,
A.D,H. S. Lebdosoekojo. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1994. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.
Soelistyono, H.S.
1976. Ilmu Bahan Makanan
Ternak. Diponegoro University, Semarang.
Tillman, A. D, H, Hartadi, S.
Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
sabung ayam online s1288 dan sv388 terbesar se indonesia
ReplyDeleteDaftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website bolavita1.com
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita